CIREBON-(TERBITTOP.COM)-MAHASISWA KKN tematik Posdaya (Pos Pemberdayan Keluarga) harus mampu menciptkan kemampuan berwiraswasta di kalangan warga pedesaan, dan memasarkan semua produk desa sehingga memiliki nilai jual ke berbagai daerah bahkan hingga ke mancanegara. Pemasaran produk itu bisa memanfaatkan media sosial (medsos) seperti Facebook, WhatsApp (WA) bahkan Instagram, sehingga mahasiswa menjadi motivator yang tidak saja mengangkat keluarga prasejahtera menjadi sejahtera, namun menjadi motivator menciptakakan wiraswastawan pedesaan Posdaya.
”Bangunlah sikap berwiraswasta di kalangan warga desa dan ajak mereka memasarkan produknya. Ajarkan mereka memanfaatkan teknologi media sosial (medsos) dalam memasarkan produknya. Karena melalui media sosial sudah terbukti banyak memberi kesuksesan pemasaran sehingga kegiatan ini bisa menambah penghasilan masyarakat desa,” ungkap pengusaha sukses Ny Niken Indra Dharmayanti saat mendampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam pembekalan dan dialog interaktif pelepasan KKN tematik mahasiswa di halaman Kampus Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon,Selasa (23/2).
Di era sekarang teknologi sudah maju, kata Ny Niken, masyarakat bisa menjual produk melalui internet dengan hanya menggunakan handphone saja semua produk bisa dijual. ”Di luar negeri pun sekarang ini untuk menjual produk mereka sudah menggunakan internet. Seringkali kalau kita tawarin masyarakat membuat produk lokal seperti keripik pisang dan lainnya, selalu dikeluhkan sulit pemasaran. Padahal pemasaran bisa menggunakan media sosial lebih cepat. Untuk itu warga di pedesaan harus melek teknologi dan mahasiswa bisa menyampaikanya lewat KKN,” ungkap Ny Niken.
Bahkan dalam membuka usaha itu, Ny Niken berujar, tak usah harus membuka kantor dan toko, lewat handphone saja orang di desa bisa menjual produk. ”Masyarakat desa harus bisa mandiri dan mampu menjangkau hasil produk hingga ke luar negeri,” ujarnya.
Selain itu, keinginan untuk market tersebut haruslah dicoba. Sehingga demikian banyak cara untuk bisa mandiri, tidak usah buat kantor dan toko, lewat handphone pun sekarang kita bisa menjual produk,” ujarnya.
Dikatakan, ekonomi pedesaan bisa mampu karena kemandirian dan jangan bergantung kepada sumbangan yang datang saja. Masyarakat desa, lanjut Ny Niken, kini sudah maju sehingga banyak potensi produk yang mereka hasilkan di desa sebenarnya memiliki laku jual hingga ke mancanegara.
Sementara suaminya, Tantio Sudharmono, juga mengajak mahasiswa untuk bisa mandiri, bisa berpikir 17 tahuh ke depan seperti pemuda di era lahirnya Sumpah Pemuda. Mahasiswa harus berencana menjadi keluarga yang sejahtera itu. Untuk itu, dia menegaskan, mulai merencanakan keluarga sejahtera yang dimulai dari sendiri.
”Jangan muluk-muluk untuk menjadi pahlawan nasional, kabupaten, kota atau pahlawan desa, tetapi menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri. Untuk itu harus rajinlah berusaha dan berwiraswasta,” pintanya. Bahkan Tantio menegaskan, dirinya akan bangga jika mahasiswa tidak bergantung kepada orang lain. Bisa mempersiapkan masa depannya, dan tidak bergantung kepada orang tua.
”Saya akan bangga jika saudara mahasiswa setelah selesai bukan mengirim surat lamaran ke perusahan, tetapi bisa menjadi wiraswasta dan bahkan bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain,” ujar Tantio yang menjadi pengusaha sukses. Dia menilai pemuda di mana pun dia berada di kota ataupun di desa harus bisa mandiri, harus bisa menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri dulu, baru nanti membantu keluarga dan saudara lainya serta masyarakat lainnya.
Ekonomi Pedesaan
Pada kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono meminta mahasiswa mengikuti ajakan yang disampaikan pengusaha Tantio Sudharmono dan istrinya. Produk desa yang dianjurkan kedua pengusaha itu bukanlah produk luar biasa, seperti satelit, tetapi adalah usaha keripik atau tempe goreng, baju desa dan bahkan hewan kambing atau sesuatu usaha yang ada di desa bisa mengangkat ekonomi pedesaan.
”Saudara harus datang ke desa untuk menyegarkan persatuan dan kesatuan. Membangun desa dan keluarga serta mengentaskan kemiskinan. Untuk itu segala potensi dan produk yang ada di desa harus diberdayakan sehingga satu desa satu produk bisa dicapai mahasiswa Unswagati,” ucap Prof Haryono.
Dalam membekali mahasiswa, mantan Menko Kesra dan Taskin yang juga maestro pemberdayaan menekankan perlunya mahasiswa menjadi pahlawan pembangunan di desa. Ada lima syarat menurut Prof Haryono untuk mahasiswa menjalaninya. Kelima syarat penting itu adalah, pertama harus percaya kepada diri sendiri. Kedua percaya kepada teman sejawat, ketiga percaya kepada insitusi, keempat percaya kepada masyarakat, dan kelima berusaha untuk menjadi laku jual.
”Mulai hari ini saudara harus percaya pada diri sendiri, karena meski universitas saudara belum negeri, tetapi saudara harus bangga bahwa universitas ini telah kesohor ke seluruh dunia,” kata Prof Haryono yang disambut aplaus dari mahasiswa.
Ketika melakukan KKN tematik di desa, Prof Haryono meminta mahasiswa tidak menjelekkan masyarakat yang didatangi. ”Tidak boleh bilang masyarakat desa yang didatangi sebagai masyarakat yang bodoh,” kata Prof Haryono. Para mahasiswa harus berkeyakinan masyarakat di desa yang didatangi akan bangkit menjadi masyarakat yang sejahtera, menjadi masyarakat yang pandai, masyarakat yang subur makmur, masyarakat yang luar biasa untuk membangun tanah air dan bangsa. Untuk itu menunjukkan dirinya bahwa mahasiswa adalah mahasiswa yang laku jual. Ketika datang kedesa disambut dengan baik dan dapat membuat masyarakat bisa meningkatkan kemampuannya sehingga ketika tugasnya selesai dan pamit pulang kekampus penduduk menangis karena merasa kehilangan.
Prof Haryono juga menyampaikan kiat-kiat pembentukan Posdaya sampai bagaimana melaksanakan bagi pemberdayaan masyarakat desa serta melakukan pendataan dan pemetaan keluarga. Bahkan dalam dialog dengan para mahasiswa pemaparannya selalu mendapat aplaus dari ratusan mahasiwa.
Hadir dalam pelepasa KKN ini selain Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono adalah Rektor Unswagati Prof Dr Rochanda Wiradinata, Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati Cirebon Letkol Purn.TNI H Asep, Ketua LPM Jimmy Hasoloan Drs, MM, Diputy Direktur Pemberdayaan Keluarga & Masyarakat, Dr Mazwar Noerdin, Diputy Direktur Umum Dr Mulyono Daniprawiro, pejabat Walikota Cirebon, pejabat Kabupaten Cirebon, pejabat Kabupaten Kuningan, pejabat Kabupaten Majalengka, para Dekan, Dosen, camat wilayah KKN daerah Mundo, Astanajapura, Karangpundung, Kejaksan, Pancanang, Pasawahan, Sindang Wari, para Lurah, Kepala Desa yang berjumlah 61 desa serta para mahasiswa.*