Hari ini Universitas Trilogi di Jakarta memasuki Dies Natalisnya yang kedua. Universitas ini bukan perguruan tinggi baru, tetapi kelanjutan dari Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) yang sangat terkenal sebelumnya. Sekolah tinggi yang semula mengkhususkan lembaganya dalam bidang keuangan dan perbankan, terpanggil untuk memperluas diri memberi kesempatan kepada anak-anak muda bangsa guna mempersiapkan diri untuk terjun bekerja sama dengan rakyat banyak membangun secara komprehensif, membangun dalam bidang yang jauh lebih luas, ikut menata bangsa dan negara mencapai cita-cita kemerdekaan dan menghantarkan rakyat banyak menikmati kemakmuran dalam kebersamaan, keadilan dan kesejukan.
Oleh karena itu sejak pembentukannya satu tahun yang lalu, Universitas Trilogi menempatkan dirinya membawakan aspirasi Trilogi, membawakan kebersamaan, technopreneur dan kemandirian. Pendekatan kebersamaan dibawakan dalam rangka penyegaran budaya nenek moyang kita yaitu gotong royong, sehingga sejak awal memasuki perguruan tinggi ini para mahasiswa diajak untuk membangun kerjasama diantara sesama mahasiswa, mahasiswa dengan para guru besarnya, mahasiswa dengan rekan-rekan mahasiswa dari perguruan tinggi lain serta mahasiswa dan dosen dengan anggota masyarakat di tingkat akar rumput.
Kebersamaan kerja sama itu bukan sekedar bekerja bersama, tetapi seperti halnya paduan suara, kebersamaan itu sekaligus menghargai perbedaan dan mempergunakan perbedaan diantara para pemain pembangunan guna mempertajam arah dan sasaran pembangunan agar segala sesuatu yang disajikan kepada masyarakat sebagai tuntunan pembangunan bersifat tajam dan profesional, sehingga bisa menghasilkan produk-produk pembangunan yang terarah, tajam dan segera dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat luas. Hasilnya bisa mengantarkan keluarga prasejahtera, keluarga yang selama ini tertinggal dalam pembangunan guna mengejar rekan-rekannya menikmati kemakmuran yang dijanjikan oleh kemerdekaan yang diraih dengan segala pengorbanan oleh nenek moyang tercinta.
Kebersamaan yang dijadikan moto itu mengharuskan adanya kerjasama antar program studi untuk menghasilkan kebersamaan dalam membawakan ilmu dan teknologi, sekaligus mengembangkan kesatuan yang dibutuhkan oleh kalangan akar rumput untuk melaksanakan petunjuk yang bersifat ilmiah secara lengkap dan langsung mengantar keluarga tertinggal mengejar ketertinggalannya. Itulah sebabnya dibawakan juga technopreneur pada tingkat akar rumput agar sifat sederhana dalam mengolah sumber daya alam yang ada bisa ditingkatkan dengan baik.
Selama dua tahun terakhir ini, dibawah Pimpinan Rektor muda yang dinamik, Prof. Dr. Ir. Asep Seafuddin, MSc, Universitas Trilogi maju pesat, dengan jumlah mahasiswa yang mendaftar dan mengikuti kuliah berlipat. Para lulusan Sarjana S1 yang mendaftar dan kuliah pada program Pascasarjana S2 juga bertambah secara signifikan. Program studi manajemen yang memberi kekuatan keilmuan yang luas dan segera dapat diterapkan bertambah secara meyakinkan. Rekan-rekan dari kalangan pemerintah daerah yang mengambil program studi manajemen pemerintahan makin marak. Jurusan baru program studi ini mengenai pemberdayaan keluarga dan masyarakat makin diminati dan tidak mustahil dalam tahun ajaran baru nanti pilihan pemberdayaan masyarakat dan keluarga ini akan banyak peminatnya.
Melalui kelengkapan dari berbagai peserta program studi tersebut, maka Universitas Trilogi secara komprehensif dapat membawa dosen dan mahasiswanya secara lengkap ke tingkat pedesaan dan bersama dengan masyarakat serta keluarga desa membangun seluruh komponen menjadi pendukung proses pemberdayaan yang diperlukan oleh setiap keluarga prasejahtera untuk bekerja cerdas dan keras mengikuti road map yang dikembangkan secara terarah dan profesional. Roadmap itu bukan saja diikuti dengan membabi buta, tetapi Universtias Trilogi dengan dukungan dosen pembimbing dan kekuatan pengalaman di masa lalu bersama rekan-rekan kerja dari berbagai kalangan dan kementerian yang selama ini telah mengadakan kerjasama pembangunan, dapat dengan serempak memberikan dukungan dan penguat yang tidak ada bandingannya.
Melalui pengalaman panjang selama dua tahun menggeluti pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di lapangan, LPPM Universitas Trilogi mengantongi pengalaman unik, bahwa tidak mudah menterjemahkan arahan makro untuk membentuk dan mengisi Posdaya bagi para pengurus yang umumnya rajin menampung berbagai pelatihan dan masukan. Mereka lebih mudah belajar dari tetangganya dibandingkan melalui petunjuk para mahasiswa dan dosen pendampingnya. Oleh karena itu digagas untuk mengembangkan suatu pendekatan baru yang sekaligus memberi kesempatan kepada para tokoh lokal untuk menjadi pendamping dari keluarga yang tertinggal sangatlah diperlukan. Para dosen pendamping dan mahasiswa KKN akan bertindak sebagai pendamping dan apabila perlu memberikan petunjuk yang diperlukan. Dengan demikian, para tokoh lokal sekaligus dituntun mengambil prakarsa lebih giat guna membawa tetangganya keluarga yang masih tertinggal lepas dari lembah kemiskinan. Suatu pendekatan baru keluarga tetangganya lepas dari lembah kemiskinan memenuhi modus ketiga keluarga yang mandiri.
Untuk melaksanakan pendekatan baru ini, lebih dari 30 Posdaya dipersiapkan dan Posdaya-posdaya itu telah dilakukan inventarisasi, sekaligus pendataan ulang tahapan keluarga yang ada dalam setiap Posdaya. Pada setiap Posdaya diinventarisasi juga adanya anggota Posdaya yang memiliki usaha ekonomi produktif. Pada keluarga yang memiliki usaha ekonomi produktif itu diminta memberi pelatihan dan mengambil satu keluarga prasejahtera menjadi anggota anak angkatnya. Kepada keluarga dengan kegiatan ekonomi produktif itu diminta agar kepada anak angkatnya diberikan pelatihan ketrampilan agar keluarga tertinggal mahir dan mandiri. Kegiatan magang itu memberi kesempatan kepada anggota keluarga tertinggal makin mahir mengerjakan sesuatu untuk kepentingan usaha meningkatkan kemampuannya. Pada akhir Maret ini kegiatan itu akan dimulai di Bekasi dengan melibatkan beberapa Posdaya binaan Universitas Trilogi dan akan dilanjutkan apabila membawa hasil positif bagi Posdaya lainnya. Diharapkan akan muncul model baru yang bisa disebarluaskan ke Posdaya lainnya sebagai bagian dari motto Universitas Trilogi mengantar kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan keluarga yang luas ke daerah lainnya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pembina Trilogi)