Tidak kurang dari 200 penduduk lanjut usia dari seluruh Panti di Jakarta Barat minggu lalu berkumpul di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia di Cengkareng, Jakarta Barat yang dipimpin oleh Bapak H. Tatang Suyanto, SSos, MM. Mereka memenuhi undangan dari Panitia HLUN 2016 Kota Administrasi Jakarta Barat, Drg. Dewi Setiasari, MARS, untuk bersama-sama mengadakan berbagai kegiatan dalam rangka peringatan HLUN 2016. Sejak pagi para lansia telah berkumpul mengadakan Senam Bersama yang meriah, bergerak serentak, menyanyi dan berteriak keras sesuai ajakan instruktur muda yang bergaya ceria dihadapan mereka.
Para lansia dengan pakaian olah raga bernuansa merah putih nampak semarak karena umumnya memiliki rambut yang berwarna perak tipis dan tubuh lunglai ceria. Dengan tubuh yang rata-rata tidak tegap itu para lansia ceria mengikuti semua gerak dengan lamban tetapi penuh gairah sesuai aba-aba yang bersemangat. Gerak yang mestinya seragam tidak selalu nampak seragam karena daya tangkap yang berbeda-beda sehingga garakan senam itu menunjukkan bhineka yang menarik. Pada akhirnya senam itu diakhiri dengan gerakan mengambil nafas yang berirama disertai desah yang menarik dan penuh gaya.
Setelah para lansia selesai dengan senam pagi bersama, Ibu Drg. Dewi Setiasari, MARS meminta mereka untuk bersama-sama duduk manis di depan kantor Panti yang digelar tenda dengan dihias bunga dan meja kursi yang tertata rapi. Panitia yang dipimpinnya terdiri dari para dokter muda dari berbagai Puskesmas binaan Suku Dinas Kesehatan yang dibinanya bertindak rapi seakan sedang mengadakan upacara HLUN yang menggelar acara menarik untuk para pejabat tinggi di pagi yang cerah itu.
Segera setelah para lansia duduk manis, Pak H. Tatang Suyanto pemimpin Panti juga menyertai mereka duduk di kursi bagian depan diapit oleh Ibu Dewi Setiasari yang mempersilahkan tamu lansia dari PWRI Pusat Prof. Dr. Haryono Suyono yang didampingi Dr. Mulyono D Prawiro dari Yayasan Damandiri yang sengaja datang atas undangan ikut menghadiri acara HLUN yang digelar bersama para lansia tersebut.
Setelah para lansia yang terdiri dari wakil-wakil penduduk lansia yang seluruhnya terdiri dari sekitar 400-an penghuni dua Panti binaan di Jakarta Barat itu, laki perempuan duduk manis berjejer dengan tertib, Ibu Dewi Setiasari dengan senyum yang simpatik mengajak seluruhnya bertepuk tangan dengan suka cita mengajak para peserta upacara tetap duduk manis dengan senyum menunggu pejabat teras dari Kantor Walikota yang akan memimpin acara resmi.
Betul saja, tidak terlalu lama menunggu, seorang pejabat muda datang, beliau adalah Wakil Walikota Jakarta Barat, Bapak Muhammad Zen, SH, MM. Beliau datang dikawal seorang ajudannya sambil senyum cerah langsung mendapat sambutan dari Ibu Dewi Setiasari dan Pak Tatang Suyanto dengan rasa terima kasih atas perhatian dari Wakil Walikotanya yang simpatik itu.
Setelah memberi salam ke kiri ke kanan, Wakil Walikota duduk manis didampingi oleh tamu undangan kehormatan untuk segera memulai acara. Panitia yang terdiri dari para dokter muda segera mengambil ancang-ancang memulai acara dengan mengajak seluruh peserta berdiri untuk menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diiringi lagu Lansia yang membakar semangat penduduk lanjut usia yang hadir untuk optimis karena dijamin bakal menjadi penduduk lanjut usia yang bahagia, sehat dan sejahtera.
Selesai dengan rentetan lagu yang diikuti dengan tekun oleh semua peserta upacara, seorang petugas diudang ke depan untuk memimpin doa dan membacakan doa dalam Agama Islam yang diikuti seluruh peserta dengan tekun. Upacara ritual para lansia itu berjalan lancar seakan seperti upacara kenegaraan yang anggun dan penuh makna. Para peserta yang semuanya berusia lebih dari 60 tahun dan bahkan ada yang mengaku berusia 102 tahun itu dengan penuh kebanggaan mengikuti pembukaan acara dengan kesungguhan.
Setelah drg. Dewi Setiasari membuka acara dengan ceria dan simpatik disertai doa agar para penduduk lanjut usia tetap sehat, berusia panjang dan bahagia, Wakil Walikota tampil santai dan memberikan sambutan cukup panjang dengan segala informasi betapa pemerintah kota membuka kesempatan kepada para lansia untuk tinggal tenang dan tenteram dalam lingkungan Panti binaan pemerintah kota.
Para lansia diberikan fasilitas yang mencukupi, makan dan tidur nyenyak, fasilitas pengobatan gratis dan segala acara yang diatur oleh Dinas Sosial dengan para pengasuh Panti yang dibantu staf lengkap dengan para relawan sosial yang bekerja dengan jaminan penuh dari pemerintah kota dan provinsi. Para lansia yang asalnya dari lapangan, umumnya tidak memiliki keluarga lagi atau ditinggalkan keluarganya selalu bertambah jumlahnya setiap hari dan jarang yang dijemput keluarganya lagi. Mereka menikmati fasilitas yang lengkap, acara bervariasi dan nyaman.
Tiba giliran tamu kehormatan diminta memberi sambutan yang dengan santai tampil di panggung. Setelah mengucapkan salam dan selamat kepada penyelenggaraan acara yang penuh makna itu segera mengajak beberapa lansia untuk tampil ke depan mengajaknya dialog dengan simpatik. Mulai ditanya nama, umur, anak dan keluaganya, para lansia diajak menyanjikan kembali lagu lansia dan akhirnya diajak mengingat bahwa masih banyak lansia yang tidak beruntung mendapat fasilitas di Panti yang dikelola pemerintah itu.
Para lansia itu tinggal bersama keluarganya, pasti banyak yang bahagia dan sejahtera, tetapi pasti ada yang fasilitas yang mereka nikmati terbatas karena keadaan keluarga masing-masing. Mereka kadang terpaksa masih tinggal pada keluarganya biarpun terbatas dan karena itu perlu sekali-kali dikunjungi dan diajak berbagi pengalaman serta hiburan yang bervariasi seperti yang mereka peroleh di Panti.
Diajaknya Ibu Dewi Setiasari dan Pak Tatang Suyanto untuk mengorganisir pada lansia sekali-kali berbondong pergi ke desa mengunjungi para keluarga yang memiliki lansia di rumah masing-masing. Mereka diajak berbagi pengalaman menjadi lansia dengan program dan kegiatannya yang bervariasi. Kalau perlu lansia di rumah-rumah itu diajak ikut dalam acara di Panti agar merasakan berbagai acara yang terkoordinir.
Apabila memungkinkan para lansia dari Panti diajak bergaul dengan keluarga di desa yang memiliki anak balita agar setiap pagi diantar untuk pergi ke PAUD sementara orang tuanya bekerja. Para lansia Panti bisa menjadi pendamping anak balita di PAUD sambil menikmati acara bersama Bunda PAUD yang biasanya sangat baik hatinya. Keterpaduan para lansia dengan relawannya dalam masyarakat itu akan menyemarakkan fungsi Panti sebagai penggerak pembangunan di luar panti, yaitu pada masyarakat luas umumnya. Panti lansia ikut berperan dalam pembangunan masyarakat luas. HLUN membuat lansia cinta tiga generasi dalam lingkungan masyarakat luas yang dinamis. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum PB PWRI).