Tidak terasa, dalam suasana bulan Ramadhan tahun ini, minggu depan bangsa Indonesia akan merayakan Hari Keluarga Nasional 2016, yaitu pada tanggal 29 Juni 2016. Hari Keluarga Nasional yang ditetapkan oleh Almarhum Bapak HM Soeharto, mengenang keberhasilan Program KB Nasional yang diumumkan oleh PBB pada tanggal 8 Juni 1989 di Markas Besar PBB di New York.
Pengumuman keberhasilan program itu dilakukan bersamaan waktunya dengan Penyerahan Penghargaan Dunia kepada Presiden Soeharto atas keberhasilan program KB yang menakjubkan. Keberhasilan itu terjadi sekitar 20 tahun sejak Presiden Soeharto menyatakan tekadnya bersama para Pemimpin Dunia di tahun 1969 yang akan melakukan upaya penanganan masalah kependudukan dunia di mana Indonesia merupakan negara terbesar keempat di seluruh dunia.
Karena keberhasilan itu merupakan perjuangan luar biasa dari keluarga Indonesia, maka berdasarkan UU nomor 10 tahun 1992, Presiden menetapkan hari kemenangan itu sama tanggalnya seperti tanggal kemenangan merebut kembali ibukota RI Yogyakarta yang dijarah oleh penjajah Belanda.
Karena jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar itu, maka keberhasilan Indonesia dianggap phenomenal dan sangat mempengaruhi dunia. Keberhasilan itu ditambah hasil dari beberapa negara seperti seperti Indonesia, yaitu Korea Selatan, Bangladesh, Thailand, kemudian Cina dan negara berkembang lainnya di Asia, mengubah posisi penduduk Asia yang sebelumnya merupakan konsumen terbesar dunia menjadi potensi penggerak pembangunan yang handal.
Karena keberhasilan penanganan masalah kependudukan yang umumnya merupakan pencegahan kelahiran yang tinggi itu menyebabkan terjadinya revolusi kependudukan yang luar biasa. Tidak saja pertumbuhan penduduk dapat ditekan dibawah angka dua persen setiap tahun, tetapi struktur dan ciri kependudukan wilayah Asia umumnya berubah total.
Penduduk muda yang umumnya menjadi ciri utama penduduk dengan pertumbuhan cepat makin lama berubah menjadi penduduk tua dengan proporsi dan jumlah penduduk dewasa dan penduduk lanjut usia yang membengkak. Penduduk usia produktif atau usia kerja menjadi dua atau tiga kali lipat sedangkan penduduk usia lanjut mulai merambat berkembang lebih besar proporsi dan jumlahnya menjadi sekitar sepuluh persen atau lebih.
Sebaliknya anak-anak dibawah usia limabelas tahun tetap saja pada proporsi yang makin mengecil dibanding penduduk usia dewasa dan lansia. Jumlahnya relatif sama sehingga angka ketergantungan bukan lagi berat pada usia dibawah limabelas tahun tetapi naik pada angka diatas usia enampuluh tahun. Perhatian aparat pemerintah makin harus seimbang memikirkan penduduk dibawah usia limabelas tahun, penduduk dewasa dan penduduk usia lanjut.
Perhatian setiap keluarga menjadi makin memerlukan dana yang lebih besar karena penduduk dewasa harus menempuh pendidikan pada perguruan tinggi dan mempersiapkan diri untuk bekerja sehingga biarpun sudah lulus perguruan tinggi masih harus mengikuti berbagai pelatihan yang biayanya juga jauh lebih tinggi dibanding mengirim anak balita ke PAUD atau ke tempat penitipan anak, sementara orang tua bekerja di kantor atau di pabrik-pabrik.
Perhitungan biaya ini ditambah lagi dengan keperluan lain kalau anak-anak menikah dan memerlukan tempat tinggal terpisah dari orang tuanya sementara anak belum bisa membeli rumah sendiri karena baru mulai bekerja, sehingga masih menjadi tanggungan orang tuanya.
Oleh karena itu Hari Keluarga Nasional tahun 2016 harus mengangkat tema yang berbeda dibandingkan dengan pada waktu Hari Keluarga Nasional itu dicetuskan pertama kali pada tahun 1993 oleh Presiden Soeharto. Pada waktu itu kita sedang getol mengubah pendekatan KB dari pemberian informasi dan ajakan ber-KB menjadi upaya mempersiapkan pembangunan keluarga secara lebih paripurna.
Seluruh keluarga makin memerlukan perhatian dan jumlah anak-anak remaja makin membengkak dan dewasa ini anak remaja dan remaja usia diatas limabelas tahun sudah makin mendekati angka duaratus juta jiwa, suatu jumlah yang sangat besar untuk Indonesia yang sedang membangun dewasa ini.
Lebih dari itu Hari Keluarga Nasional tahun ini perlu diangkat kepermukaan dan diperlukan perhatian yang sangat tinggi terhadap upaya pemberdayaan anggota keluarga usia dewasa itu dalam rangka persiapan massal penyediaan lapangan pekerjaan yang belum seluruhnya bersifat modern atau padat teknologi.
Masih banyak anak-anak muda yang berasal dari keluarga miskin dan keluarga setengah miskin, atau keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I. Masih cukup banyak anak-anak muda yang hanya menamatkan pendidikan menengah pertama dan menengah atas sehingga mereka masih perlu penyediaan lapangan pekerjaan semi manual dan padat karya agar sebagian besar dari limpahan tenaga kerja itu bisa mendapatkan pekerjaan dengan cukup pendapatan, sehingga melimpahnya tenaga kerja laki perempuan itu berubah menjadi bonus demografi yang menguntungkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Perhatian pada penduduk lanjut usia tidak harus dilakukan dengan secara besar-besaran membangun rumah jompo karena sebagian besar penduduk lansia dewasa ini sangat berbeda keadaannya dengan penduduk lansia di tahun enampuluhan.
Penduduk lansia di tahun enampuluhan adalah sisa-sisa penduduk yang lemah dan mungkin saja sakit-sakitan, tetapi lebih delapan puluh persen penduduk usia diatas enampuluhan sekarang ini masih segar karena usia harapan hidup yang meningkat tajam. Mereka masih sangat siap diajak serta berpartisipasi dalam pembangunan sehingga perlu sikap mental untuk memberi kesempatan bagi penduduk lanjut usia itu untuk tetap aktif dalam pembangunan bangsa dan berada pada arus pembangunan bangsa. Selamat Hari Keluarga Nasional 2016. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pembina Yayasan Racana).