Dalam suasana Hari Lanjut Usia Nasional 2016, PWRI dengan dukungan PT Taspen sedang mengembangkan wadah pemberdayaan anggotanya melalui Silver College di seluruh Indonesia. Kegiatan yang dikembangkan itu adalah usaha memberikan pemberdayaan dan penyegaran kepada para anggotanya, para pensiunan pegawai negeri dan pegawai BUMN untuk tetap tegar dalam menghadapi masa pensiun yang bakal lama karena usia harapan hidup yang makin panjang.
Para pensiunan itu tidak boleh putus asa dan merasa sebagai warga yang tidak ada gunanya lagi. Para pensiunan itu harus merasa pada awalnya sebagai penduduk lansia muda sebelum usia 70 tahun, menjadi lansia dewasa pada saat usia diantara 70-80 tahun dan baru menjadi lansia paripurna pada saat usia di atas 80 tahun. Karena itu selama duapuluh tahun sebagai lansia muda dan dewasa harus tetap aktif terjun dalam masyarakat di sekitarnya dengan kegiatan yang tidak banyak bedanya dibandingkan semasa masih berusia di bawah enampuluh tahun.
Salah satu kabupaten yang giat sekali membangun Silver College adalah Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah. Di kabupaten ini pengurus ranting PWRI berada di setiap kecamatan, bahkan ada kecamatan yang memiliki lebih dari satu ranting. Ketua Pengurus Cabang PWRI Kabupaten Wonogiri, Bapak Drs. Srihardono adalah mantan Sekda Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, dengan kearifan yang dimiliki serta semangatnya yang luar biasa, telah banyak inovasi yang dikembangkan untuk kepentingan anggota atau untuk kepentingan penduduk lanjut usia lainnya.
Kegiatan di setiap rantingnya adalah kegiatan yang dikembangkan sebagai prototype program yang dikelola seperti program Silver College yang menarik minat para anggotanya. Dalam pertemuan rutin yang biasa digelar secara teratur oleh para anggotanya, antara lain memperkuat keagamaan dan melakukan aneka kegiatan yang memberi manfaat untuk para lanjut usia atau bahkan dikembangkan untuk penduduk lanjut usia lainnya.Tidak jarang dianjurkan agar setiap anggota selalu tetap giat berbagi kenikmatan dan kearifan kepada masyarakat di sekitarnya. Secara guyub, gotong royong, anggota lainnya memberi dukungan moril dan menjadi pelanggan utama dari kegiatan tersebut.
Salah seorang anggota yang dirangsang itu adalah Ibu Sumarmo, yang dulu suaminya adalah pegawai Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Tengah. Ibu Sumarmo ini membangun suatu Kios di sebuah Ruko di pinggir jalan yang cukup besar dan ramai di Kota Wonogiri. Di sebelah Ruko Ibu Sumarmo ini ada Padepokan Bapak HM Soeharto yang dibangun oleh Bupati Wonogiri sebelumnya, Bapak Begug Purnomo Sidi, SH. Padepokan ini cukup megah dan di pelatarannya ada rumah makan yang menyajikan makanan soto yang enak dan banyak mengundang tamu pelanggan setiap waktu. Dengan demikian Kios Ibu Sumarmo sekaligus mendapat keuntungan strategis dengan adanya Padepokan tersebut serta banyak Kios atau toko lain di sekitarnya.
Sebagai salah satu anggota PWRI, Ibu Sumarmo sekaligus menjadi aktifis yang aktif dan mempergunakan Kiosnya sebagai wahana untuk melakukan kegiatan buat sesama anggota PWRI dan masyarakat umum. Hanya satu pojok saja dari Kiosnya dipergunakan untuk menjajagan dagangan pakaian modis dari puterinya yang menawarkan beberapa model baju, perangkat jilbab, bahan-bahan baju lain serta kebutuhan sehari-hari lainnya.
Separo bagian depan Kios yang besar itu disumbangkan buat menjajagan hasil produk dari para anggota dan aktifis yang mengikuti berbagai Kursus yang diselenggarakan oleh Ibu Sumarmo secara rutin. Di bagian ruangan belakang yang luas, dipergunakan sebagai kelas untuk memberikan berbagai macam kursus keterampilan buat sesama lansia anggota PWRI, putra-putri anggota atau peserta masyarakat umum yang dibawa oleh anggota PWRI dari tetangga masing-masing.
Kursus-kursus yang ditawarkan di bagian belakang Ruko besar milik Ibu Smarmo ini cukup bervariasi termasuk antara lain adalah berbagai kursus membuat bermacam kue kering yang hasilnya langsung dijual secara luas di Ruko Kios itu. Proses pembuatan produk jual itu juga dilakukan dalam gedung yang sama sehingga kalau kebetulan ada kursus atau ada proses pembuatan kue, maka para pembeli bisa membeli produk yang baru saja dibuat dan dijamin masih hangat dan segar. Sisa-sisa produksinya dipajang untuk mereka yang datang setiap saat dan tidak harus pada saat sedang memproduksi.
Apabila ada pembeli yang kebetulan datang dan kemudian ikut dalam kursus pembuatan kue atau makanan yang enak dan tersaji, Ibu Sumarmo tidak menolak biarpun bisa saja pembeli itu nanti bisa menjadi pesaingnya. Bagi Ibu Sumarmo tidak ada salahnya apabila banyak ibu-ibu atau keluarga Wonogiri yang pandai membuat kue untuk dijual kepada umum. Baginya makin banyak penduduk memiliki keahlian khusus pembuatan kue atau jajanan yang enak dimakan, maka makin baik untuk mendukung keluarga yang sejahtera.
Disamping kue dan makanan untuk konsumsi, Ibu Sumarmo juga mengajarkan pembuatan pupuk untuk Kebun Bergizi atau untuk menyuburkan tanah di sekitar pekarangan guna menanam tanaman sayur atau yang kerennya dinamakan “urban farming” yang membawawa manfaat bagi keluarga kota. Bagi Ibu Sumarmo yang melihat Wonogiri dari pedesaan berubah menjadi daerah perkotaan, masyarakat di kota baru ini tetap harus memelihara kearifan lokal mempergunakan halaman yang makin sempit di kota sebagai lahan yang mendukung kehidupan yang lestari dan sejahtera.
Fasilitas yang disedikan oleh Ibu Sumarmo itu juga dipergunakan untuk pertemuan para pengurus PWRI Wonogiri guna membicarakan masalah-masalah yang dihadapi oleh para anggota yang jumlahnya makin membengkak. Ketua Cabang PWRIWonogiri yang mantan Sekda itu faham betul kebutuhan dari anggotanya yang makin membengkak tersebut, sehingga diusahakan agar setiap ranting yang ada di Kecamatan dapat makin mandiri dan menyelesaikan hal-hal yang biasanya para pensiunan tidak terlalu faham. Apalagi para istri pensiunan yang biasnya hanya biasa menerima atau mengambil pensiun suaminya tidak terlalu faham untuk melakukan pencatanan atas perubahan yang terjadi.
Hal-hal yang biasanya dilakukan secara rutin itu makin segar karena PT Taspen yang ada juga makin tanggap dan siap menjemput bola. Kegiatan PT Taspen di daerah yang menjemput bola itu ditolong oleh kalangan Bank Penyalur Dana Pensiun, yang karena adanya Silver College dipacu meningkatkan pelayanannya dengan sistem jemput bola, yaitu mendatangi anggota pensiun yang untuk beberapaa waktu tidak pernah muncul dalam pertemuan. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum PB PWRI).