Hari ini tidak kurang dari seribu wakil-wakil Pengurus dan simpatisan pensiunan pegawai negeri dan pegawai BUMN yang jumlahnya hampir enam juta orang itu berkumpul di beberapa Hotel di kawasan Ancol di Jakarta Utara. Para wakil pengurus dan simpatisan itu menggelar Munas untuk memilih Ketua Umumnya yang baru dan sekaligus merancang program dan kegiatan sosial untuk masa lima tahun mendatang bagi seluruh lansia di Indonesia.
Berdasarkan pengalaman hidup sebagai pensiunan yang makin sehat dan makin lama, para pensiunan akhir-akhir ini bertekad untuk berbagi perhatian terhadap tiga generasi. Mereka memberi perhatian terhadap generasi sesama lansia, generasi muda dan anak-anak balita yang bakal menjadi pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Para lansia anggota PWRI makin rajin melaksakan program bersama dengan masyarakat luas di pedesaan, di kampung-kampung di kota serta menggelar kegiatan sarasehan bersama rekan-rekan yang masih aktif di kantor dan di perusahaan swasta milik bersama atau milik pribadi. Mereka berbagi kearifan yang makin matang disertai pengalaman luas dalam suka duka selama puluhan tahun tanpa pretensi dan bersedia berbagi dengan penuh keikhlasan karena ingin mendorong kemajuan bangsa yang dicintainya.
Pada umumnya para pensiunan anggota PWRI di desa tempat tinggalnya banyak yang menjadi pengurus Masjid karena makin rajin beribadah. Secara tidak langsung mereka menjadi pelopor untuk menyegarkan kehidupan beragama masyarakat di sekitarnya. Hanya sayangnya biasanya yang diajak rajin ke Masjid adalah sesama orang tua sehingga pada hari-hari biasa Masjid menjadi forum para orang tua atau lansia untuk saling memperdalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Untung pada hari-hari Raya Islam biasanya Masjid akan penuh dengan jemaah, baik laki-laki, perempuan tua muda karena para orang tua akan dengan rajin selalu masih diturut dan diikuti oleh anak-anak dan cucu-cucunya melaksanakan ibadah sholat jamaah di Masjid. Kalau saja lebih dikembangkan pendekatan yang lebih baru tidak mustahil Masjid akan dipenuhi juga dengan anak muda yang rajin beribadah. Di beberapa desa, dalam rangka KKN tematik Posdaya berbasis Masjid banyak dilakukan upaya pemberdayaan keluarga dengan pusat kegiatan di Masjid yang menyegarkan penggunaan Masjid sebagai pusat pemberdayaan keluarga mulai dari usia dini sampai usia lanjut.
Peranan penduduk lanjut usia, termasuk anggota PWRI yang rajin mengurus Masjid sebagai pusat pemberdayaan keluarga makin berkembang. Mereka biasanya ikut menentukan program dan kegiatan di dalam dan di luar Masjid dalam rangka pemberdayaan keluarga yang berisi nasehat dan petunjuk bagaimana membangun budaya dan cinta kasih diantara sesama warga. Bila terjadi gesekan-gesekan antar tetangga, mereka bisa meminta nasehat dari para sesepuh untuk diselesaikan dengan sistem kekeluargaaan.
Pihak yang bersengketa biasanya akan mendengarkan nasehat para sesepuh dengan upayanya tanpa pamrih karena mereka sudah sangat banyak dengan pengalaman hidup, baik dalam suasana suka maupun duka mengarungi dunia yang penuh tantangan. Ceramah tentang hidup dalam lingkungan keluarga yang bereneka ragam dapat diberikan oleh para sesepuh dengan penuh bijaksana karena mereka telah merasakan dan mengalami pahit manisnya kehidupan dalam keaneka ragaman dunia yang penuh tantangan.
Di lima wilayah kota di DKI Jakarta, termasuk Kepulauan Seribu, sedang dikembangkan Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA), yang di setiap Kota masing-masing telah mencapai jumlah lebih sepuluh sampai limabelas. Rencananya sampai akhir tahun ini bisa mencapai sebanyak lebih dari 185 buah RPTRA di seluruh Kota di DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu. Forum RPTRA itu merupakan forum bersama yang dikelola oleh suatu Tim Khusus yang mengatur program dan kegiatan harian dari setiap forum yang ada. Yayasan Racana, dengan ijin Gubernur DKI Jakarta dan Walikota se tempat sedang menyiapkan kerjasama dengan berbagai Perguruan Tinggi untuk ikut mengisi dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau kegiatan dosen dan mahasiswa sukarela dengan masukan yang diarahkan tidak saja pada pencapaian target MDGs, tetapi juga target SDGs yang baru saja dicanangkan oleh PBB berlaku untuk seluruh dunia.
Isian utamanya bersifat pengembangan norma-norma karakter bangsa yamg dimulai dari saat yang sangat dini yang dilengkapi dengan upaya pengembangan kualitas anak didik. Ibu Ketua Tim Penggerak PKK, Ibu Veronica Basuki T Purnama (Ibu Ahok), yang baru-baru ini memberikan penyegaran pada Pimpinan PKK seluruh DKI Jakarta, menekankan bahwa peningkatan mutu pendidikan penduduk dan anak-anaknya di DKI Jakarta menjadi sangat penting karena bangsa kita selalu tertinggal dibanding bangsa-bangsa lain apabila diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Karena itu kewajiban anak-anak untuk sekolah setinggi-tingginya menjadi anjuran yang sangat penting melalui kegiatan RPTRA di seluruh DKI Jakarta. Anak-anak yang tidak mampu lagi bersekolah karena sudah terlambat dilihat dari sudut usia diberikan berbagai kursus ketrampilan agar bisa mendapatkan pekerjaaan yang menjamin kehidupan keluarganya.
Penduduk lanjut usia diundang oleh para anggota PWRI yang setiap bulan memiliki kesempatan untuk berkumpul sesama anggota dalam kegiatan Silver College di kantor-kantor PWRI atau kantor-kantor bank penyalur dana pensiunnya. Mereka diajak untuk memberi bantuan kepada anak-anak remaja berupa kursus-kursus ketrampilan agar bisa mengembangkan usaha mikro di lingkungan desanya. Pengembangan usaha mikro itu di berbagai Posdaya akan dibantu dengan fasilitas kredit dan kebiasaan menabung yang dikenal dengan skim Tabur Puja. Skim yang dikelola oleh koperasi dan Posdaya itu diharapkan akan diperluas dengan partisipasi berbagai perusahaan dalam skim CSR yang disediakan oleh berbagai perusahaan.
Setidaknya sudah ada sekitar tujuh perguruan tinggi yang telah meninjau kegiatan RPTRA dan akan memadukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya disesuaikan dengan upaya pemberdayaan keluarga di lingkungannya. Mereka akan mulai kegiatannya dalam lingkungan RPTRA selanjutnya meluas ke setiap RTdan RW sehingga cakupan dari kegiatan mereka dalam arahan SDGs bisa menjangkau jumlah dan cakupan keluarga, utamanya keluarga prasejahtera, yang makin banyak dan luas. Kerja sama antara mahasiswa, dosen pembimbing lapangan dan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi akan sangat menguntungkan semua pihak dan lebih-lebih menjadi bahan perangsang bagi keluarga yang ada di pedesaan.
Penduduk lansia, utamanya anggota PWRI yang dalam masa pensiun masih dianggap berpengaruh di desa, ada yang sekedar menjadi sesepuh yang dihormati, seperti menjadi Ketua RT atau Ketua RW, bahkan ada pula yang menjadi orang kaya dengan toko dan warung yang menjual berbagai bahan keperluan sehari-hari penduduk, atau menjadi pengurus Masjid, sangat berpengaruh dalam pembangunan di pedesaan. Kakek dan Nenek itu siap mengajak penduduk biasa yang lebih muda untuk giat berbagi dan membangun masyarakatnya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pengamat Sosial)