Minggu depan, tepatnya tanggal 24 – 26 Oktober 2016, Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) dengan keanggotaan sekitar 6 juta pensiunan pegawai Negeri Sipil dan Pegawai BUMN akan mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta. Dalam rangkaian menyongsong Munas itu beberapa daerah telah mengadakan pertemuan Musda atau sekedar pertemuan lengkap mempersiapkan bahan-bahan yang akan dibawa dan diajukan dalam pertemuan besar yang akan digelar di Jakarta itu.
Tetapi, karena anggota PWRI umumnya sudah berusia lanjut, mereka bekerja dengan santai dan ceria. Pertemuan daerah atau pusat itu pada umumnya dijadikan ajang silaturahmi antar rekan lama untuk saling bernostalgia dan kangen-kangenan. Para anggota yang lansia umumnya menyadari bahwa lanjut usia adalah seperti es, dipakai atau tidak akan tetap meleleh.
Begitu juga umur, setiap hari setiap orang akan bertambah menjadi semakin lanjut usia. Oleh karena itu program-program penting para anggota umumnya adalah mengisi usia lanjut dengan kegiatan yang bermanfaat seperti silaturahmi antar sesama sahabat dan amal ibadah kepada masyarakat di sekitarnya, misalnya melalui Posdaya atau kegiatan serupa melalui berbagai forum pada tingkat pedesaan. Biasanya hasilnya dibahas dengan santai tetapi serius karena para mantan pegawai negeri itu biasa mempersiapkan segala sesuatunya jauh hari sebelum mereka mengadakan pertemuan resmi.
Salah satu program utama dari Munas 2016 adalah memperkuat kepengurusan baru untuk lima tahun mendatang. Tidak seperti Munasnya Partai Politik, dalam sejarah tidak ada perebutan posisi Ketua Umum atau keanggotaan kepengurusan, tetapi menurut aturan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, jabatan Ketua Umum dan kepengurusan perlu diperbaharui setiap lima tahun sekali, atau sekali-kali apabila dipandang perlu.
Lebih lanjut dari itu, Munas biasanya memberikan informasi tentang perkembangan atau kemajuan organisasi, baik dalam kerja sama dengan pemerintah atau lembaga lainnya. Para peserta dalam sidang resmi atau antar anggota juga berbagi pengalaman tentang pelaksanaan program yang menyegarkan keunikan seseorang menjadi anggota PWRI seperti kegiatan usaha mikro yang biasanya menjadi bagian dari kegiatan para sesepuh guna menjaga rutinitas agar segar dan ceria.
Salah satu kegiatan yang diperkirakan akan menjadi topik yang hangat pada Munas kali ini adalah pengalaman banyak daerah dalam menggelar Silver College, suatu forum pertemuan bulanan yang diselenggarakan dengan dukungan PT Taspen (Persero) dan Bank-bank Penyalur Dana Pensiun yang telah berhasil mengumpulkan para pengurus dan penggiat PWRI pada tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota sehingga diharapkan ada kelanjutannya untuk tingkat yang lebih bawah.
Di gadang forum Posdaya bisa menjadi ajang pertemuan di tingkat RW – RT atau tingkat pedukuhan, sehingga para lansia anggota PWRI segera menyatu dengan masyarakat biasa. Mereka dapat menjadi suri tauladan di kalangan rakyat biasa, tua dan muda sehingga kearifan, pengalaman dan rekan-rekan dalam lingkungan perkantoran bisa disambung dengan kepentingan rakyat banyak di tingkat pedesaan.
Di banyak daerah, para anggota PWRI menjadi pelopor dalam gerakan pendidikan dengan memberi kesempatan rakyat se tempat mempergunakan rumah mereka untuk kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan keagamaan dimana rumah mereka menjadi tempat pengajian bersama pada malam-malam tertentu, serta ada yang rumahnya bertambah sepi karena anak-anak sudah memisah dan memiliki rumah sendiri, rumahnya disulap menjadi warung atau toko sembako dan keperluan sehari-hari masyarakat sekitarnya. Gagasan baru juga mulai muncul di tempat-tempat yang secara kebetulan daerah sekitarnya berubah dari daerah pertanian menjadi daerah industri dan jasa. Kamar anak-anak mereka disulap menjadi tempat pondokan karyawan pabrik sehingga lansia yang pensiun tidak kesepian.
Gagasan cemerlang muncul dari daerah yang karena memiliki pemandangan alam atau pantai yang indah mendadak menarik perhatian dan berubah menjadi daerah tujuan turis. Rumah-rumah sederhana di desa yang hanya dihuni lansia yang makin terbatas karena anak-anaknya sudah berpisah dan tinggal di tempat jauh, rumah itu diubah menjadi semacam fasilitas umum yang bersifat pribadi. Rumah diubah menjadi tempat menginap pribadi atau home stay yang disewakan dengan harga yang murah untuk ditempati beberapa hari bahkan beberapa minggu selayaknya seperti rumah sendiri. Atau juga diubah menjadi restoran sederhana yang menyajikan makanan khas dengan pelayanan seperti di rumah sendiri. Atau diangkat menjadi fasilitas umum lainnya dimana anak-anak sekolah bisa berperan menjadi care giver untuk lansia yang bosan tinggal di kota karena polusi atau bising dengan lalu lintas kendaraan umum yang banyak berlalu-lalang.
Munas PWRI juga dijadikan ajang dimana Organisasi Pegawai Negeri Sipil yang biasa disebut Korpri atau Korps Pegawai Republik Indonesia, menyegarkan kerjasamanya dengan PWRI sehingga pegawai negeri sebelum pensiun bisa diajak mengenal dunia pensiun agar tidak terkejut tatkala harus memasuki masa pensiunnya. Suatu persiapan mental yang sangat penting agar masa pensiun bisa dinikmati sebagai kesempatan memberikan amal ibadah yang lebih tinggi kepada masyarakat luas. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Sosiolog mantan Menko Kesra dan Taskin).