Dalam rangkaian Dies Natalis yang ke 23, FKM Universitas Sumatera Utara Medan, yang dipimpin Dekannya, Ibu Prof. Dr. Ida Yusnita, MSi menggelar Seminar Nasional terkait dengan pengenalan kebutuhan penduduk lanjut usia agar tetap sehat dan sejahtera dengan mendatangkan nara sumber Ketua Umum PB PWRI, Direktur urusan lansia dari Kementerian Kesehatan RI dan seorang arsitektur muda ahli bangunan ramah lansia. Ketiga nara sumber itu memaparkan bagaimana keadaan lansia di Indonesia, langkah-langkah positif yang telah diambil pemerintah serta bagaimana seorang arsitektur bekerja keras agar setiap bangunan bisa dirancang akrab lansia, nyaman buat lansia serta memberi kenikmatan hidup di dalam maupun di luar rumahnya.
Uraian para nara sumber yang diantar oleh Ketua Panita, Dr. dr. Linda T. Maas, MPH serta moderator Sri Rahayu Sanusi, SKM, MKes, PhD dijelaskan bahwa dewasa ini terjadi ledakan anak muda remaja sekaligus ledakan penduduk lanjut usia yang luar biasa. Kecepatan pertumbuhan penduduk lanjut usia kurang lebih sekitar lima sampai enam kali pertumbuhan penduduk biasa sehingga pada tahun-tahun mendatang akan terjadi keadaan dimana penduduk lanjut usia lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk anak-anak di bawah usia lima tahun, di bawah usia sepuluh tahun dan bisa saja di bawah usia limabelas tahun. Penduduk Indonesia seperti halnya penduduk berbagai negara di Eropa dan Jepang menjadi penduduk “tua” karena memiliki penduduk lanjut usia yang besar jumlahnya.
Arsitektur muda Dr. Achmad Delianur Nasution, ST, MT dengan informasinya yang sederhana tetapi meyakinkan menjelaskan kepada para peserta Seminar yang kebanyakan dosen dan mahasiswa FKM USU yang relatif siap akan terjun dalam masyarakat mendapat gambaran bahwa para lansia memerlukan perumahan yang ramah di dalam dan di luar rumahnya. Setiap bangunan harus memenuhi syarat hidup sehat dan nyaman bagi lansia, tidak saja lantainya terdapat tanjakan yang tinggi, tetapi harus pula menyesuaikan dengan warna yang nyaman bagi pandangan mata dengan aliran udara yang tetap segar karena setiap lansia memerlukan kenyamanan bagi seluruh panca inderanya yang kemampuan fungsionalnya makin terbatas karena termakan usia dan penggunaan yang telah lama. Di luar rumah suatu bangunan rumah bagi lansia perlu dilengkapi dengan taman dan pepohonan yang rindang sehingga mengesankan kehidupan yang sejuk dan nyaman.
Wakil dari Kementerian Kesehatan memaparkan usaha kuratif yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai fasilitas kesehatan yang tersebar luas di daerah. Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan yang lengkap dewasa ini memberikan pelayanan termasuk buat keluarga miskin melalui BPJS. Pelayanan lansia di Rumah Sakit menyangkut pelayanan penyakit yang biasa atau bahkan pelayanan cuci daerah dan perawatan jantung yang biasanya diderita saat usia bertambah tua. Semua pelayanan itu sekarang tersedia lengkap di setiap provinsi atau bahkan di kabupaten yang maju dan memiliki sarana kesehatan yang memadai.
Apabila pelayanan pada tingkat dasar tidak tersedia, maka para lansia yang memiliki BPJS dapat dirujuk ke rumah sakit lain yang perlengkapannya lebih memadai. Dengan sistem seperti itu maka tidak mustahil bahwa tidak saja jumlah lansia bertambah banyak tetapi juga usia dan waktu menjadi lansia bertambah panjang.
Prof. Haryono yang selalu bicara secara komprehensif menawarkan konsep bahwa pendekatan terhadap lansia di dalam jalur Panti Jompo atau penanganan di Rumah Sakit saja tidak akan mencukupi tetapi pendekatan keluarga dan masyarakat dimasa sekarang dan masa depan akan menjadi sesuatu yang sangat vital. Pendekatan ini memerlukan lebih banyak lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang membawa perubahan paradigma penanganan lansia yang berbeda tetapi makin profesional. Diperlukan dua pendekatan yang saling mengisi yaitu pendekatan reedukasi dan fasilitasi bagi petugas untuk lansia dan bagi para lansia sendiri. Menurutnya lansia dibagi menjadi tiga kelompok menurut usia, yaitu pra lansia untuk mereka yang berusia di bawah 60 tahun, lansia muda antara 60-70 tahun, lansia dewasa pada usia 70-80 tahun dan lansia paripurna pada usia di atas 80 tahun.
Para lansia harus merubah sikap mental menjadi positif dan tidak menganggaap dirinya harus dikasiani tetapi harus tegar dan justru mencintai penduduk tiga generasi lainnya, dengan simpati dan kegiatan pemberdayaan dengan berbagi ilmu, kearifan dan optimisme keceriaan dengan harapan masa depan yang positif. Seorang lansia yang berpikiran positif ke depan akan berbagi dengan dua generasi dibawahnya dengan baik karena akan membawa generasi muda dan kanak-kanak dengan harapan yang lebih baik akan masa depan yang lebih tenang dan positif. Pikiran positif itu akan memberi pengaruh kepada generasi muda dan kanak-kanak dengan optimisme yang positf pula.
FKM USU diajak menjadi pelopor yang menjemput bola agar lansia dimasa depan dapat dilayani oleh ahli-ahli kesehatan masyarakat dengan lebih baik karena dibawakan oleh tenaga-tenaga muda secara profesional dan kasih sayang. Para mahasiswa FKM dapat terjun ke desa dalam kapasitas sebagai penggerak pengembangan care giver dengan mendidik tenaga muda lainnya di desa yang diperbantukan pada keluarga lansia. Dengan demikian keluarga dengan lansia di rumahnya dapat membantu lansia yang tinggal bersama untuk tetap menikmati tinggal dalam suatu keluarga yang nyaman dan tetap menyatu dengan penuh kebahagiaan. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Sosiolog mantan Menko Kesra dan Taskin).