Dalam suasana negara yang tidak menentu seperti yang terjadi akhir-akhir ini, banyak sekali perubahan terjadi yang kadang muncul diluar perkiraan, mengakibatkan pimpinan sulit untuk mengambil keputusan yang tepat dan memuaskan banyak orang, sehingga muncul ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya, dan juga terhadap pemerintahnya.
Hal ini bukan hanya terjadi di sektor pemerintahan saja, tetapi sudah mulai masuk ke dalam organisasi-organisasi swasta non pemerintah. Dengan demikian akan membuat suasana kerja seolah-olah diracuni oleh kecurigaan dan kurangnya kepercayaan bawahan atau masyarakat terhadap pemimpinnya.
Karena munculnya suasana kebingungan dan sulitnya mendapatkan kepercayaan tersebut, maka tidak seorangpun yang dapat memberi tahu sumber dari rasa tidak percaya itu. Dalam meraih kedudukan atau mencapai suatu keberhasilan yang diinginkan, seseorang biasanya berusaha dengan berbagai macam cara untuk meraihnya, meskipun kadang mereka tahu resikonya. Tetapi yang jelas itu merupakan suatu kepuasan sesaat, kadang-kadang mereka mengabaikan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang dan mengkianati kepercayaan yang telah diberikan sebelumnya.
Kepercayaan itu, selain merupakan kunci bagi semua hubungan, juga merupakan perekat organisasi, memperkuat, memperkokoh, dan memperbesar, serta membawa harum nama organisasi, kalau diistilahkan bagaikan semen menyatu dengan bata. Bila di dalam organisasi muncul adanya saling percaya satu sama lain, seperti atasan dengan bahawan, bawahan dengan sesama bawahan, maka organisasi itu akan tampil sebagai organisasi yang hebat, solid dan terhormat.
Namun dalam kenyataannya, tidak semua kepercayaan itu menghasilkan buah manis yang bisa dirasakan bersama, bahkan ada yang berubah menjadi pahit seperti buah simalakama. Dengan berjalannya waktu kadang rasa saling percaya yang sejak lama dibangun bisa mendadak rontok, berubah menjadi rasa saling curiga satu sama lain.
Kepercayaan biasanya datang dari 3 sumber, yaitu pribadi, lembaga dan seseorang yang secara sadar memilih untuk memberikan kepercayaan kepada orang lain. Banyak orang percaya, bahwa keberhasilan hanya membutuhkan bakat, energi, dan penampilan, tetapi sebenarnya bukan hanya itu, sejarah telah mengajarkan kepada kita semua, bahwa dalam jangka panjang, siapa diri kita itu lebih penting daripada seperti apa penampilan kita.
Jadi, jika kita menemukan kepercayaan yang bertahan lama, maka kita akan menemukan sifat layak dipercaya, karena itu kepercayaan merupakan buah dari kelayakan untuk dipercaya, dan kelayakan untuk dipercaya itu datangnya dari karakter dan kompetensi. Bila kita mengembangkan karakter maupun kompetensi yang kuat, maka buahnya adalah kebijaksanaan dan kemampuan untuk menilai dasar dari semua pencapaian dan kepercayaan yang besar dan tahan lama.
Kejujuran adalah prinsip untuk mengatakan kebenaran. Seperti yang diutarakan oleh Mahatma Gandhi, bahwa seseorang tidak dapat melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya, sementara dia sibuk melakukan hal yang salah di bagian lain mana pun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah kesatuan yang tak terbagi-bagi.
Ciri-ciri orang yang layak dipercaya menurut Stephen R Covey dalam bukunya yang sangat terkenal berjudul The 8th Habit Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan, adalah mereka yang memiliki kompetensi teknis, yaitu memiliki keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, memiliki kompetensi konseptual, yaitu memiliki kemampuan untuk melihat gambaran besar, dan menghubungkan semua bagian menjadi satu, memiliki kemampuan untuk berpikir secara strategis, dan sistematis, tidak hanya secara taktis, dan memiliki ketergantungan, yaitu memiliki kesadaran mengenai realitas bahwa semua yang hidup adalah saling berhubungan, khususnya untuk mendapatkan dan mempertahankan kesetiaan pelanggan atau mitra kerjanya.
Jika kita merasa tidak mungkin bisa mencapai kemajuan yang berarti dalam hubungan dengan orang lain, itu berarti kehidupan pribadi kita tidak beres, atau kita tidak layak untuk dipercaya. Untuk memperbaiki hubungan kita harus memulai dari diri kita sendiri, dalam arti memperbaiki diri sendiri. Agar dapat menjadi seorang panutan yang mendapat kepercayaan yang tinggi dari banyak orang, tentunya orang tersebut harus menjadi seorang yang seimbang, utuh, kuat serta mampu menciptakan tim yang solid dan saling melengkapi berdasarkan rasa saling menghormati.
Kita bisa melihat tanda-tanda dari orang yang bisa dijadikan panutan dan layak untuk dipercaya. Dari banyaknya pemimpin yang kadang-kadang terlihat baik, tetapi hanya dalam jangka pendek, dalam pikiran kita mudah tergoyahkan dengan adanya kejadian-kejadian yang mendadak membuat kita berubah pikiran.
Dari yang dulunya simpati mendadak berubah menjadi anti pati. Untuk melihat sejauh mana seseorang bisa kita jadikan panutan, hal yang perlu dicermati adalah apabila mereka memiliki kebiasaan, antara lain menjadi orang yang proaktif, yaitu bertanggung-jawab terhadap pilihan-pilihan kita dan tidak pernah menyalahkan orang lain. Berpikir dan bertindak dimulai dari yang terkecil sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan akhir yang lebih besar, mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan dan tujuan yang paling berarti.
Mendahulukan yang utama dan mengatur aktivitas-aktivitas yang prioritas dan yang paling penting serta paling berharga. Cara berpikirnya pun seperti berpikir menang-menang, dalam arti memiliki kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati dalam segala jenis interaksi.
Biasanya mereka berusaha mendengar dulu, memahami orang lain dan berusaha menyeimbangkan atau menggabungkan serta memiliki kemampuan untuk mempermudah pemahaman. Selalu mengutamakan sinergi, dari pada harus dicapai secara sendiri-sendiri, karena sinergi dianggap sebagai kunci keberhasilan dari suatu tim yang saling melengkapi dan merupakan kekuatan yang luar biasa dan saling menutupi kelemahan-kelemahan. Dan yang paling penting adalah mengasah gergaji, dalam arti ada upaya untuk meng-update dan memperbaharui diri secara terus menerus. (Penulis : Dr Mulyono D Prawiro Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama dan Universitas Trilogi, Jakarta)