Selama beberapa tahun terakhir ini pemerintah mengambil kebijakan yang luar biasa dengan menata sekolah menengah atas lebih banyak menjadi sekolah menengah atas kejuruan. Dari perbandingan jumlah sekolah kejuruan sebanyak sekitar sepuluh persen, dewasa ini di banyak provinsi dan kabupaten, jumlah sekolah kejuruan dibandingkan dengan sekolah menengah atas yang bersifat umum sudah ada yang mencapai lebih dari 70 persen dibandingkan dengan 30 persen sekolah menengah umum.
Salah satu program studi sekolah kejuruan itu adalah sekolah menengah kejuruan bidang kesehatan. Sekolah menengah kejuruan bidang kesehatan ini memiliki paguyuban tersendiri, Persatuan SMK Kesehatan Indonesia (PERSEMKI) yang dipimpin oleh Drs. H. Singgih Purnomo, MM, dan Ketua Pelaksananya Sri Supriyati, SE, MM, yang dalam ulang tahunnya yang pertama, minggu lalu mengadakan Seminar Nasional di Yogyakarta.
Seminar Nasional itu akan dihadiri para pengelola SMK dan Kepala Sekolah SMK bidang Kesehatan akan mendengarkan paparan Wakil Ketua DPD RI serta Pejabat teras dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang intinya akan menyerahkan pengelolaan sekolah ini kepada Pemerintah Daerah mulai tahun anggaran yang akan datang. Penyerahan kepada Pemerintah Daerah ini dimaksudkan agar para guru dan anak-anak yang diterima di sekolah ini segera dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan di daerah yang makin gencar.
Gagasan cemerlang ini dilandasi kenyataan, bahwa guru dan anak-anak SMK sejak masuk sekolah telah dibekali cita-cita dan digembleng bukan saja dengan pelajaran maupun teori, tetapi segera dilatih keterampilan untuk mempraktekkan teori yang diajarkan. Mereka memiliki jam praktek yang sangat panjang, sehingga para lulusan dapat dikatakan siap bekerja dengan landasan ilmu yang relatif tinggi. Mereka juga sering dalam melaksanakan prakteknya dititipkan pada kondisi riil di lapangan, seakan-akan diperlakukan sebagai petugas profesional dalam bidang ahlinya. Anak-anak SMK Bidang Teknik dititipkan praktek dalam pekerjaan bangunan atau pekerjaan teknis di lapangan membantu para tukang atau ahli yang sering dengan sabar memberi petunjuk kepada siswa dengan penuh kesabaran dan profesional.
Siswa-siswa yang mengikuti pelajaran pada SMK bidang Kesehatan, dititipkan pada Puskesmas atau Rumah Sakit untuk membantu para dokter, perawat atau bidan menangani kasus riil pasien yang datang berobat atau datang pada bidan untuk mendapatkan pelayanan konsultasi, dan tidak jarang pelayanan melahirkan atau pasca persalinan. Kalau siswa SMK bidang Kesehatan itu berbakat, tidak mustahil segera dipercaya oleh mitra prakteknya untuk memberi bantuan layaknya tenaga muda yang sudah dianggap lulus sekolah.
Pengalaman praktek dan pendampingan itu sungguh sangat penting, karena kebutuhan tenaga menengah dalam bidang kesehatan dewasa ini sungguh sangat luas. Prof. Dr. Haryono Suyono, pakar pemberdayaan masyarakat yang diundang sebagai salah satu nara sumber pada pertemuan itu mengemukakan, bahwa para pelajar SMK bidang Kesehatan sungguh sangat tepat diberikan kesempatan praktek di lapangan guna membantu setiap desa dalam meningkatkan kegiatan preventif di bidang kesehatan, yang dewasa ini dirasa sangat kurang.
Kesehatan preventif harus melibatkan masyarakat, agar tetap sehat, dan akhirnya membudayakan hidup bersih dan sehat. Kegiatan preventif tersebut, apabila dapat ditingkatkan menjadi budaya bersih dan sehat, akan sangat mengurangi kasus penduduk yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Pengurangan tersebut akan menghemat biaya pembelian obat, perawatan dan akhirnya biaya yang dihemat itu bisa dipergunakan untuk mendorong hidup sehat yang makin bermakna.
Salah satu tempat praktek dari siswa SMK bidang kesehatan adalah Posyandu yang ada di hampir semua desa. Siswa SMK bisa mendampingi kader desa di lima meja yang tersedia di setiap Posyandu untuk mempromosikan hidup sehat bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu yang ingin ber-KB dan anak balita. Para siswa SMK dapat membantu dokter, bidan atau petugas KB yang ada di lapangan.
Pelayanan yang bisa diberikan adalah kontrol yang teratur pada Posyandu, menjelaskan tentang makanan bergizi bagi ibu hamil, penggunaan kontrasepsi yang mantab pada ibu pasangan muda, dan jarak kelahiran yang wajar, serta berhenti mengandung pada usia sekitar 30-35 tahun. Disiplin kontrol pada Posyandu bagi ibu hamil harus diingatkan, kalau perlu dijemput ibu hamil di rumah masing-masing sampai disiplin kontrol itu menjadi budaya dari ibu hamil.
Bagi ibu balita, yaitu keluarga yang memiliki anak di bawah usia lima tahun, keharusan datang ke Posyandu adalah untuk menimbang anak balitanya. Anak sehat adalah anak yang setiap kali ditimbang naik berat badannya. Setiap keadaan tidak naik berat badannya adalah pertanda anak balita yang kurang sehat.
Dalam keadaan jumlah penduduk lanjut usia yang makin banyak pada tingkat pedesaan perlu dikembangkan Silver College, dimana keluarga lansia belajar bagaimana mengasuh lansia di rumahnya. Dukungan untuk lansia dalam bidang kesehatan, dan kesiapan mental menjadi lansia pada keluarga muda sangat perlu. Pelayanan lansia oleh keluarga adalah hal baru yang tidak pernah didapat oleh keluarga muda yang di masa lalu keluarganya tidak memiliki lansia.
Oleh karena itu siswa SMK bidang Kesehatan bisa menganjurkan pembuatan Pos Pelayanan Lansia di desa yang difungsikan sebagai Silver College untuk keluarga lansia dan sekaligus melayani lansia dalam bidang kesehatan dasar seperti cek tekanan darah, kolesterol dan sebagainya. PosLansia sangat berguna untuk keluarga lansia dan lansia muda dengan persoalan yang belum pernah dialaminya semasa muda. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Sosiolog mantan Menko Kesra dan Taskin).