Bulan ini selama sekitar satu bulan, hampir seribu mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta, yang dipimpin oleh Prof. Dr. Buchory, MS, MPd, tinggal di desa-desa di beberapa kabupaten di wilayah DI Yogyakarta untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata tematik Posdaya melalui pemberdayaan keluarga dengan berbaur secara akrab bersama rakyat banyak.
Kegiatan yang dimulai pada awal bulan Maret ini seakan seperti mengulangi pengalaman Almarhum Bapak HM Soeharto yang pada tanggal 1 Maret 1949 dengan kerja sama yang sangat erat dengan rakyat dari desa-desa sekitar DI Yogyakarta menyerang dan merebut kembali Ibu Kota Yogyakarta yang pada waktu itu menjadi Ibu Kota RI.
Kegiatan yang melibatkan hampir seribu mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta itu adalah kader-kader calon pemimpin bangsa yang sangat menghargai pahlawannya, karena mahasiswa yang sudah menginjak semester ke tujuh itu disiapkan dengan matang untuk berbaur, hidup bersama penduduk desa, belajar menimba kearifan lokal dan kalau perlu berbagi mengajarkan bahan-bahan baru yang mereka pelajari di bangku kuliah selama tujuh semester dari para dosen ahli yang melimpah jumlahnya.
Prof. Dr. Buchory, MS, MPd yang sudah beberapa kali melepas mahasiswa yang umumnya perempuan dan bakal menjadi guru di sekolah-sekolah itu sangat paham kebutuhan para mahasiswa sehingga para mahasiswa tidak saja dibekali dengan segala macam ilmu untuk mengajar, tetapi dilatih untuk mendengar, melihat dan bertanya kepada rakyat banyak segala sesuatu yang kelihatannya tidak berarti, padahal penuh dengan pesan-pesan budaya peninggalan nenek moyang yang luar biasa arti dan manfaatnya.
Keyakinan ini didasari oleh adanya Museum yang barangkali satu-satunya di Indonesia, suatu Museum yang berisi panorama sejarah dari seluruh dunia yang menjadi idaman dan bahan ajar bagi seluruh dosen dan mahasiswa tentang asal-usul manusia serta pengalaman timbul tenggelamnya kerajaan dan kebesaran bangsa-bangsa dari seluruh dunia. Dengan belajar sejarah dan menimba kearifan lokal setidaknya para dosen dan mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta memahami timbul tenggelamnya peradaban dunia yang bisa menjadi suri teladan para mahasiswa sebelum terjun ke masyarakat dalam kehidupan nyata nanti.
Disamping pemberian mata kuliah dan pembekalan selama tujuh semester, lingkungan yang sangat kondusif dengan paparan peninggalan sejarah dari seluruh dunia, pembekalan tambahan selama beberapa hari sebelum mahasiswa diberangkatkan dan pengawalan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), secara khusus telah dihadiran Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, Ketua Umum Baznas untuk memberi pembekalan agar keluarga yang beragama Islam makin taat membayar zakat dan sumbangan lain bagi keluarga dhuafa atau keluarga miskin agar kesenjangan diantara sesama keluarga makin dapat dikurangi. Secara khusus Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA mengajak para mahasiswa untuk memberi teladan kepada penduduk desa bahwa membayar zakat adalah kewajiban bagi seorang umat beragama dan manfaatnya sangat besar di dunia dan di akherat.
Pembekalan Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA yang disampaikan dihadapan hampir seribu mahasiswa dan para dosen pendamping itu diteruskan oleh Pof Dr. Haryono Suyono yang selama ini telah berpengalaman melepas dan menemani mahasiswa para kader pembangunan bergaul dengan masyarakat luas membangun budaya baru dan merubahnya dari budaya banyak anak banyak rejeki menjadi budaya dua anak laki perempuan sama saja dalam rangka membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Pembekalan Haryono dipusatkan pada upaya yang harus dianut para mahasiswa yang memiliki kepekaan serta kepercayaan bagi seluruh mahasiswa dan dosen pendampingnya.
Mengutip dengan cara populer dan mengulang agar para mahasiswa menguasai pembekalan itu, Haryono mengajak para mahasiswa untuk membangun lima kepercayaan yang harus dibangun dengan penuh kesadaran dan ikhlas, yaitu kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan dan keakraban pada teman sejawat, penghormatan pada institusi dimana mahasiswa berasal yaitu UPY, penghormatan pada masyarakat desa yang sedang dikunjungi dan sedang di tempati untuk proses KKN tematik Posdaya, serta sikap dan tingkah laku yang menimbulkan simpati sehingga mahasiswa berubah di desa dari tidak dikenal menjadi mahasiswa yang sangat disayang, dibutuhkan dan sangat tidak rela kalau tidak kembali lagi ke desa karena dianggap memberi masukan dan membawa manfaat dengan kasih sayang dan penuh ikhlas serta langsung memberi manfaat dalam kehidupan pedesaan yang sangat indah.
Melalui pembekalan itu para mahasiswa dipesankan agar tidak mengajak penduduk desa belajar menjadi sarjana secara instan tetapi diajak agar segala sesuatu yang dirembuk oleh mahasiswa dan rakyat bisa dijadikan bekal agar rakyat merasa tidak dibodohi atau diajar tetapi diajak bekerja sama mengembangkan sesuatu yang apabila berhasil, rakyat merasa memiliki kontribusi dan kebanggaan, sehingga akan melanjutkannya secara lestari. Kemahiran dan rasa partisipasi itu adalah apabila yang diberikan oleh mahasiswa kelihatan mudah dikerjakan oleh penduduk desa dan mereka akan berkata pada diri sendiri bahwa mereka bisa, bahkan kalau mahasiswa kembali ke kampus dan mereka harus mengerjakannya sendiri tanpa ada pendamping mahasiswa dan dosen pendampingnya, rakyat desa tetap mengerjakannya.
Proses KKN tematik Posdaya adalah suatu proses bukan untuk mengubah sikap dan menambah pengetahuan saja, tetapi yang lebih penting dari itu adalah proses praktek tingkah laku yang sanggup dikerjakan oleh orang banyak dan terus menurus, dibarengi dengan dukungan agama, kepercayaan dan komitmen yang kuat dan luas yang akan berubah menjadi budaya yang membawa masyarakat dan seluruh isi desa menyayangi lingkungan, memelihara kekayaan alam serta menjadikan manusianya memiliki kualitas tinggi serta memiliki nilai kreatifitas, keterampilan dan menghasilkan produk laku jual dengan nilai tinggi yang membawa kesejahteraan bagi keluarganya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, pengamat sosial).