Oleh : Prof DR.Haryono Suyono
Hari ini 23 Juli 2017 adalah Hari Anak Nasional 2017. Ada baiknya Hari Anak Nasional tahun ini secara konsisten diberikan bobot sebagai upaya untuk merangsang setiap orang tua dan guru mengembangkan kepribadian berdasarkan falsafah bangsa Pancasila melalui upaya yang membuat anak-anak kita cinta padanya dengan tekad melaksanakan ajarannya. Hari anak diwarnai dalam setiap keluarga sebagai kebersamaan antara kedua orang tua dengan anak-anaknya. Secara sederhana misalnya diadakan makan bersama dalam suatu keluarga dengan mematikan semua gaget, hand phone, dan alat elektronik agar setiap anggota keluarga tidak sibuk dengan permainannya sendiri-sendiri.
Kebiasaan memainkan HP dan alat elektronik yang memisahkan kebersamaan dalam keluarga dewasa ini sudah sangat tinggi sehingga setiap keluarga bisa makan bersama anak-anak dan seluruh anggota keluarga tetapi masing-masing anggota terus memainkan alat-alat canggih memisahkan diri dari kebersamaan. Sebuah keluarga seperti dalam kebersamaan, padahal mereka tidak bersama-sama karena bermain dengan kesenangannya masing-masing.
Pada Hari Anak Nasional perlu secara khusus orang tua dan anak-anak diingatkan terpadu dalam suatu gerakan berbuat bersama secara fisik dan mental sesama keluarga. Lebih dari itu anak-anak sekolah mulai dari PAUD, SD, SMP dan SMA dianjurkan menggelar acara yang mencerminkan kerja gotong royong sesama murid dan gurunya sehingga tercipta budaya kebersamaan dan persahabatan yang akrab antara sesama murid, murid dengan gurunya dan seluruh sistem sekolah sampai kepada seluruh almamaternya sebagai awal dari kebersamaan antar seluruh anak bangsa.
Seperti dianjurkan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan adalah kewajiban orang tua, guru dan masyarakat banyak, maka Hari Anak Nasional dirayakan bukan oleh anak-anak sekolah saja, atau dipusatkan pada anak sekolah, tetapi menjadi awal dari pembauran kebersamaan antara anak sekolah di sekolahnya, anak sekolah dalam lingkungan orang tuanya, dan anak sekolah dalam upaya pembaurannya bersama masyarakat di desa.
Anak-anak sekolah perlu menunjukkan kegiatannya bersama warga masyarakatnya, misalnya dalam Pramuka berbasis masyarakat, dalam kegiatan membantu keluarga desa dengan Posyandu, keluarga desa dalam membangun Kebun Bergizi, atau keluarga desa dalam melestarikan lingkungan hidup dan memelihara kekayaan hayati dalam lingkungan desanya. Akan lebih indah kalau anak-anak sekolah dilibatkan dalam rangka keluarga desa membangun pertanian di desa, industri atau usaha kecil di desa dan dalam memelihara pengembangan budaya lokal di desa masing-masing. Partisipasi anak-anak bukan sebagai obyek tetapi anak-anak ikut aktif sebagai pengurus berbagai kegiatan sosial di desanya.
Kegiatan anak sekolah itu bisa dimulai dan dikembangkan melalui kegiatan sekolah di desa, misalnya dengan mengadakan pendidikan terbuka pada fasilitas desa yang ada seperti membangun taman desa, membersihkan selokan di desa, ikut mengatur pengunjung pada Puskesmas di desa dan lain sebagainya. Pendidikan yang diatur di desa itu bisa membantu kesibukan aparat sekaligus meningkatkan dinamika aparat yang ada di desa karena didesak untuk melatih anak sekolah atau malu kalau sampai dilihat anak sekolah sebagai petugas pemerintah yang malas dan lamban.
Kegiatan itu bisa dimulai dengan menugaskan anak-anak membantu para petugas yang ada di kelurahan, RT atau RW masing-masing. Para petugas mengajarkan kepada anak-anak bukan bagaimana bekerja agar menjadi kaya, tetapi mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menjadi bahagia dalam lingkungan kerjanya sehingga setiap pekerjaan yang dikerjakannya berdasar amal ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan sebagai sumbangan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan penduduk atau keluarga yang dilayaninya.
Untuk itu kepada para pelajar yang merayakan Hari Anak Nasional diajarkan cita-cita hidup yang bahagia dalam dinamika bangsa sehingga setiap anak mendambakan kebersamaan gotong royong karena kebahagiaan tidak dapat dinikmati dalam suatu isolasi tetapi dalam suatu kebersamaan, suatu masyarakat yang saling berbagi dan memberi perhatian kepada sesama anak bangsa lainnya.
Ikutan dari pendekatan ini adalah bahwa semua tontonan seni dan budaya yang disajikan perlu mengetengahkan kebersamaan atau dilakukan oleh Tim yang gotong royong bukan oleh satu individu tetapi oleh kelompok yang banyak orang. Suatu kelompok dengan tontonan kekompakan yang meriah dan bervariasi. Idealnya dilakukan oleh anak-anak dari berbagai latar belakang yang beraneka ragam yang mencerminkan suku-suku yang ada di tanah air tercinta. Keberagaman ini akan mematri pada upaya menumbuhkan budaya yang kita miliki sebagai kumpulan dari budaya lokal yang menyatu.
Ikutan lain adalah bahwa yang berperan sebagai aktor bukan lagi pelajar terbaik tetapi kelompok yang kompak yang memberi perhatian kepada bagian yang paling lemah dalam setiap kelompok sehingga bisa menghasilkan kekompakan. Kalau yang lemah tidak diberikan perhatian, maka kualitas kelompoknya akan terganggu. Rahasia pembentukan kelompok yang kuat seperti itu makin lama akan menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu pelajaran untuk memberi perhatian pada kelompok masyarakat yang lemah agar bangsa ini bisa tampil sebagai bangsa dengan kualitas yang tinggi dalam kebersamaan yang membanggakan.
Peringatan Hari Anak Nasional biasanya dipusatkan dalam suatu area mendatangkan anak-anak pilihan atau wakil dari beberapa sekolah untuk bertemu dengan pejabat teras suatu lembaga tertentu. Hampir pasti sekolah lain tidak dapat datang karena tidak diundang pada pertemuan puncak karena keterbatasan. Alternatifnya, sekolah yang rajin mengadakan apel bendera dan mendengarkan pidato Kepala Sekolah dengan uraian yang memberi semangat. Upacara semacam itu baik dan memberi makna dan perhatian yang tinggi pada semua yang terlibat dalam acara itu, tetapi tidak memiliki dampak yang berarti pada rakyat banyak karena tidak semua media masa menaruh perhatian pada acara nasional yang digelar itu.
Perlu dipikirkan cara lain agar acara besar itu memberi dampak yang lebih besar pada keluarga yang memiliki anak remaja, misalnya dengan mengharuskan seluruh media massa televisi menayangkan acara itu secara nasional. Atau dengan menyebar acara itu di lebih banyak tempat agar lebih banyak anak-anak, guru dan orang tua terlibat dalam acara yang sangat penting untuk pendidikan dan pengembangan kerja gotong royong yang dilakukan oleh anak, orang tua, masyarakat dan guru-gurunya pada Hari Anak Nasional itu. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin RI).