Ketua Masyarakat Pertambangan Indonesia Herman Afif Kusumo
JAKARTA-(TERBITTOP.COM)– Geothermal atau energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga lisrik, disamping minyak dan gas bumi (Migas), batubara, tenaga air, angin serta tenaga surya.
Menurut Penasehat Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Herman Afif Kusumo, Indonesia memiliki cadangan energi panas bumi terbesar di
dunia. Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di Indonesia.
Cadangan energi panas bumi yang terbesar terletak di wilayah barat Indonesia dimana ada permintaan energi yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan
Bali. Sulawesi Utara adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan geotermal untuk energi listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat
dari energi geothermal.
Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, panas bumi merupakan sumber energi bersih dan mengeluarkan emisi CO2 sangat rendah bahkan hampir tidak
ada, jadi energi ini sangat lingkungan. Oleh karena itu setiap Negara yang memiliki sumber panas bumi akan memanfaatkannya untuk pembangkitan tenaga
listrik,” katanya.
Di Indonesia, pengembangan geothermal sudah ada semenjak dahulu kala, sekitar tahun 1983 Presiden Suharto meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP) pertama.
“Semangat untuk mengembankan energi panas bumi sudah ada, namun hingga kini belum menemukan formula yang tepat guna mengembangkannya
Herman mengatakan pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik secara garis besar dilakukan dengan cara mengobservasi resource dari panas
bumi tersebut. Apabila suatu daerah memiliki panas bumi yang mengeluarkan uap air (steam) dan setelah dilakukan studi mendalam oleh ahli geologi
geothermal, maka steam tersebut dapat digunakan.
Pusat dari steam tersebut akan dibor sehingga memiliki sumur uap produksi, dimana uapnya dipompa agar dapat diarahkan menuju turbin. Dengan demikian
dapat menggerakan turbin untuk menghasilkan listrik. Setelah selesai steam tersebut dikembalikan menuju condenser sehingga steam tersebut
terkondensasi menjadi air. Air ini akan diinjeksi kedalam bumi kembali, sehingga terjadi proses recycle untuk menjadi uap lagi secara alami.
Adapun, bila panas bumi itu berasal dari air panas (hot water), maka air panas tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses
perubahan ini membutuhkan peralatan yang disebut dengan heat exchanger, dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga terbentuk uap
air. Proses dengan metoda seperti ini memerlukan biaya yang sangat besar.
Perlu Investasi
Menurut Ketua Masyarakat Pertambangan Indonesia (MPI) itu investasi di sektor ini berisiko tinggi dan memerlukan investasi yang sangat besar,
sehingga bagi para pengusaha nasional yang ingin berinvestasi dalam energi panas bumi umumnya bekerjasama dengan investor asing.
Mantan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Energi dan Sumber Daya Alam itu menekankan perlu adanya political will (kemauan politik) dari
Pemerintah untuk mengembangkan energy panas bumi.
Hampir tidak ada satupun pengusaha nasional dalam negeri mampu untuk masuk dalam bisnis panas bumi tanpa bekerjasama dengan investor asing. Karena
investasinya memerlukan modal besar dan beresiko tinggi dimana tidak ada sistem cost recovery seperti pada bidang Migas maupun kemungkinan hasil
pengeboran yang nihil uap.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sunber Daya Mineral (ESDM) saat ini ada beberapa perusahaan baik dari BUMN dan dari badan usaha
swasta yang berinvestasi dalam pembangkitan tenaga listrik panas bumi.
Keempat bahan usaha tersebut yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Star Energy, Chevron, Geo Dipa
Energi, Supreme Energy dan Sejahtera Alam Energy.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lokasi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Geo Dipa Energi yang berlokasi di Dieng. Dengan
kontur pegunungan, sumber air panas, solfatara, fumarole serta bebatuan mengindikasikan bahwa Dieng merupakan lokasi yang potensial untuk
dikembangkan sebagai sumber energi panas bumi. Total potensi energi panas bumi di sekitar Dieng diperkirakan sebesar 400 MW.
Pada provinsi ini terdapat pula, Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Baturraden. Proyek PLTP Baturraden termasuk bagian dari crash program
10.000 MW Tahap II yang menjadi program pemerintah pusat, sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 02 Tahun 2010 dan Permen ESDM
No 15 Tahun 2010. Menurut Permen tersebut, estimasi kapasitas daya listrik yang dihasilkan PLTP Baturraden adalah 2 x 110 MW. PT Sejahtera Alam
Energy (SAE) sudah mengantongi Ijin Panas Bumi (IPB). Saat ini mereka dalam tahap eksplorasi.
Selain Dieng Geo Dipa Energi membangun PLTP Patuha dan PLTP Candradimuka. PLTP Patuha terletak di sekitar Gunung Patuha di Jawa Barat yang berada
sekitar 40 km di sebelah selatan kota Bandung. Tahun 2014 Geo Dipa Energi berhasil menyelesaikan pembangunan 1-unit PLTP di Patuha dengan kapasitas
60 MW.
Total potensi energi panas bumi yang dihasilkan di sekitar area tersebut diperkirakan mencapai 400 MW. Saat ini Geo Dipa Energi telah
memformulasikan rencana pengembangan PLTP Patuha Unit 2 dan Unit 3 masing-masing dengan kapasitas 55 MW yang merupakan pengembangan Proyek Patuha
Unit 1.
Sedangkan PLTP Candradimuka terletak di sebelah Barat Kontrak Area Dieng yang berada di kota Banjarnegara, Jawa Tengah. Adanya manifestasi panas
bumi seperti fumarole, mataair panas, dan kaipohan menandakan Area Prospek Candradimuka memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Bedasarkan kajian ilmiah yang telah dilakukan, area prospek Candradimuka mampu menghasilkan listrik sebesar 80 MW.
Sementara itu PT Star Energy yang dimiliki pengusaha kakap Prayogo Pangestu yang juga pemilik Group Barito Pacific mengoperasikan PLTP Wayang Windu
di Kamojang Jabar. PLTP ini sempat terhenti pada awal Mei 2015 karena bencana alam tanah longsor. Sejak beroperasi kembali di awal September 2015,
PLTP Wayang Windu Unit 1 dan 2 menghasilkan daya listrik sampai dengan 200MW dan mencapai kapasitas penuh 227 MW di akhir Desember 2015.
PLTP Wayang Windu terus dikembangkan ke unit 3 dan 4 dalam rangka membantu Pemerintah mensukseskan program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW.
Chevron adalah salah satu produsen energi panas bumi terbesar di dunia dan memiliki operasi yang besar di Indonesia. Energi panas bumi dihasilkan
dari panas yang berasal dari dalam perut bumi. Energi ini mampu menghasilkan listrik yang andal tanpa efek gas rumah kaca.
Dua anak perusahaan Chevron mengoperasikan fasilitas energi panas bumi di Pulau Jawa. Chevron Geothermal Indonesia, Ltd mengelola Darajat dan
Chevron Geothermal Salak, Ltd. mengoperasikan Salak. Operasi Darajat memasok uap panas bumi ke pembangkit yang mampu menghasilkan listrik
berkapasitas 270 MW.
Seluruh listrik yang dihasilkan dari operasi Darajat dijual langsung ke perusahaan jaringan listrik nasional. Chevron memiliki 95 persen kepemilikan
operasi di Darajat.
Chevron mengembangkan operasi Salak, salah satu operasi panas bumi terbesar di dunia. Lapangan ini memasok uap ke enam unit pembangkit listrik –
tiga di antaranya merupakan milik perusahaan – dengan total kapasitas operasi mencapai 377 megawatt.
Hasil gabungan dari operasi panas bumi Chevron di Darajat dan Salak saat ini mampu memproduksi energi terbarukan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
sekitar 3-juta rumah di Indonesia. Pada tahun 2014, Chevron memenangkan penugasan survei pendahuluan untuk prospek South Sekincau. Pada bulan Juni
2015, Chevron menyerahkan hasil survei pendahuluan kepada pemerintah.
Pengeboran
Sedangkan PT Pertamina (Persero) anak usahanya, PT PGE telah menuntaskan pengeboran 23 sumur panas bumi, baik eksplorasi, pengembangan, maupun
injeksi untuk kebutuhan PLTP Ulubelu Unit 3 dan 4.
Total 23-sumur terdiri dari dua sumur eksplorasi dan 21 sumur pengembangan dengan perincian 15-sumur produksi dan 6 sumur injeksi.
Dari penyelesaian pengeboran sumur ini, PGE memastikan proses pengoperasian proyek panas bumi Ulubelu Unit 3 dan 4 berjalan dengan baik bahkan lebih
cepat dari target. Kedua pembangkit geothermal yang dilaksanakan dengan skema total project ini telah menghasilkan listrik dengan total kapasitas 2
x 55 MW, untuk mendukung program listrik 35 ribu MW Pemerintah.
Skema total project berarti PT PGE melaksanakan proyek panas bumi mulai dari usaha pencarian dan produksi uap panas bumi hingga pembangkit listrik
dengan produk akhir berupa listrik untuk dipasok kepada PT PLN (Persero).
PLTP Ulubelu Unit 3 telah beroperasi secara komersial sejak Juli 2016. Adapun, PLTP Ulubelu Unit 4 beroperasi komersial dan memasok listrik pada
Maret 2017. “PLTP Ulubelu Unit 3 & 4 berkapasitas 2 x 55 MW telah dioperasikan oleh PGE untuk memperkuat pasokan listrik nasional khususnya di
kawasan Sumatera.
PLTP Ulubelu Unit 3 telah beroperasi secara komersial pada 26 Juli 2016, lebih cepat dari jadwal yang direncanakan 8 Agustus 2016. Sementara unit 4
yang semula direncanakan akhir semester 1 2017, beroperasi penuh lebih cepat pada 25 Maret 2017 lalu.
Proyek ini berlokasi di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Selain kontribusi pasokan listrik, keberadaan pembangkit baru ini
juga memberikan efek positif bagi perekonomian setempat.
Selain kemajuan dari pengeboran sumur, Pertamina saat ini telah menyelesaikan sejumlah infrastruktur pendukung yakni 8 Cluster dan jalan. Selain
proyek PLTP Ulubelu, dalam pengembangan energi panas bumi. PGE secara keseluruhan telah memberikan kontribusi sebesar 35% dari total wilayah kerja
panas bumi yang sudah berproduksi di Indonesia lebih dari 1.600 MW. PGE sampai 2025 ditargetkan berkontribusi sebesar 2,3 gigawatt (GW) atau 32%
dari yang dicanangkan pemerintah sebesar 7,2 GW dalam Kebijakan Energi Nasional.
PT PGE juga mengoperasikan PLTP Ulubelu Unit 4 berkapasitas 1 x 55 MW mulai Maret 201 Dengan tambahan kapasitas daya tersebut menjadikan porsi
kontribusi panas bumi bagi ketenagalistrikan di lampung meningkat menjadi 25% terhadap total kebutuhan listrik di provinsi paling Selatan Sumatera
itu. Total kontribusi PGE, baik dalam bentuk uap dan listrik kini mencapai 4 x 55 MW.
Pengembangan panas bumi di Ulubelu telah dimulai sejak 1991 hingga 1997. Sempat terhenti karena krisis moneter, PGE kembali agresif pada 2008 dan
puncaknya PGE memasok uap ke pembangkit milik PT PLN (Persero), yaitu Ulubelu 1 dan 2 yang berkapasitas 2 x 55 Mw mulai 2012.
Hingga saat ini PGE telah mengebor sebanyak 50 sumur, 23 diantaranya untuk PLTP 3 & 4 dan sisanya untuk Ulubelu 1 & 2 dengan 16 juta jam kerja tanpa
fatality. Hanya sekPPitar 150 ha permukaan lahan dari total 92 ribu ha lahan wilayah kerja panas bumi PGE yang digunakan untuk memproduksi uap dan
listrik dengan seluruh infrastruktur pendukungnya.
Unit 3 lebih cepat sebulan dari target dan telah beroperasi pada Juli 2016, sedangkan PLTP Ulubelu. Unit 4 beroperasi pada Maret atau tiga bulan
lebih cepat.
Tidak kurang dari 397 juta dolar AS digelontorkan Pertamina untuk pengembangan sumur dan pembangunan PLTP Ulubelu Unit 3&4 berikut jaringan yang
terkoneksi dengan PLN. Investasi tersebut telah memberikan dampak signifikan bagi pengembangan ekonomi setempat. (Maf)