Oleh : Haryono Suyono
Pada hari Selasa lalu, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, di sela-sela berlangsungnya Munas DNIKS VIII dan Konperensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) IX tahun 2017, Ketua Umum terpilih DNIKS periode 2017-2021, Bapak Tantyo Adji Sudharmono dan isterinya Ibu Niken Indra Dhamayanti, didampingi Ketua Umum DNIKS sebelumnya, Prof. Dr. Haryono Suyono memenuhi undangan salah satu yayasan tertua di Banjarmasin yang selama ini aktif melakukan kegiatan menyantuni lansia, menjemput bola melayani ribuan lansia di lapangan dan menyelenggarakan kegiatan PAUD yang dipadu dengan kegiatan sosial menyantuni keluarga miskin lainnya.
Undangan itu adalah suatu kehormatan dan bukti bahwa masyarakat luas sangat menaruh perhatian terhadap usaha sosial yang makin mandiri dengan melibatkan masyarakat luas mengambil partisipasi aktif.
Bagi pak Tantyo dan Ibu Niken, yang sangat perhatian pada karya suaminya itu, undangan dan kunjungan lapangan itu bukan yang pertama bersama pak Haryono, tetapi kunjungan itu menjadi sangat bersejarah karena sekarang pak Tantyo adalah Ketua Umum DNIKS yang bertugas memberi teladan kepada ribuan anggota Lembaga Sosial Nasional bahwa tugas koordinasi termasuk, menurut falsafah Ki Hadjar Dewantoro, Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan akhirnya Tut Wuri Handayani.
Artinya tidak tinggal duduk manis di meja pimpinan, tetapi sanggup dan siap memberi teladan dan arahan di depan, yaitu di pedesaan dalam kegiatan pelayanan sosial, yang menurut keyakinan DNIKS atau pendekatan yang sekarang dianut pemerintah, adalah pendekatan masyarakat dengan fokus pada pemberdayaan dan perlindungan keluarga.
Kunjungan pak Tantyo dan Ibu Niken itu juga merupakan awal melaksanakan kepercayaan Munas guna membentuk Pengurus lengkap yang ditugasi melanjutkan kepemimpinan pengurus lama dengan pesan dan program yang dirumuskan selama masa sidang. Sekaligus melanjutkan program dan kegiatan yang berjalan lancar dan penuh kekeluargaan yang dilaksanakan dengan berhasil oleh berbagai daerah dan ternyata mengangkat nama baik LK3S se tempat.
Pesan kerja keras di desa itu dikemukakan Menteri Sosial, Dirjen Sosial dan Dirjen Kesehatan yang diutus khusus oleh Menteri Kesehatan guna menjelaskan tentang Germas, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dengan indikatornya yang jelas dan merupakan pesan khusus Presiden untuk menurunkan jumlah penduduk Indonesia yang jatuh sakit dan memerlukan pengobatan gratis. Pemerintah menyadari bahwa mencegah supaya tidak sakit jauh lebih baik dibanding mengobati setelah penduduk jatuh sakit.
Munas VIII dan KNKS IX yang dihadiri oleh sekitar 600 utusan yang terdiri dari para anggota LK3S atau BK3S dari seluruh Indonesia, organisasi sosial kemasyarakatan anggota DNIKS dan masyarakat umum yang terdiri dari relawan sosial dan mahasiswa berbagai perguruan tinggi mengharapkan agar tidak saja melakukan pendekatan keluarga, tetapi lebih dari itu mengembangkan program pemberdayaan agar keluarga Indonesia tidak jatuh sakit dan tidak jatuh miskin sehingga perlu rehabilitasi yang sulit, memakan waktu dan anggaran yang jumlahnya tidak kecil.
Karena itu kegiatan itu didukung dan dihadiri oleh Menteri Sosial RI, para Dirjen dan Direktur dalam lingkungan Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan dan jajaran lainnya serta wakil-wakil dari Pemerintah Daerah dari seluruh Indonesia. Pesan yang sangat kuat dihantar oleh Menteri Sosial dengan perintah tidak langsung yang sangat keras agar para pejabat dan relawan sosial mempergunakan peta terpadu, sungguh merupakan tantangan bagi DNIKS agar seluruh jajaran LK3S bekerja dengan tekun atas dasar sasaran yang tepat di pedesaan dengan peta yang akurat yang menggambarkan sasaran yang harus dientaskan dari lembah kemiskinan dan dicegah tidak miskin lagi.
Kegiatan kunjungan pak Tantyo langsung menggambarkan bahwa masyarakat yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dan tidak langsung mendapat dukungan dua-duanya ada. Situasi tidak merata ini merupakan cambuk bahwa komunikasi belum tentu berjalan lancar. Gubernur dan Bupati/Walikota, seperti digambarkan oleh Menteri Sosial, bisa saja kurang peduli atau terlalu sibuk untuk memikirkan anak bangsa di daerahnya yang perlu ditolong. Tidak mampunya pemerintah daerah itu, apabila masyarakat tetap diajak bekerja sama, akan tertolong melalui uluran tangan masyarakat luas secara mandiri.
Dari kunjungan singkat di Banjarmasin itu pak Tantyo mendapat dua pandangan yang sangat menarik. Seperti diuraikan, kunjungan pertama seorang pensiunan pegawai pemerintah telah berani mengambil prakarsa melaksanakan pelayanan sosial secara mandiri dengan mengerahkan saudara dan teman-temannya menjadi penjamin pendukung melalui usaha ekonomi sederhana yang hasilnya diberikan secara ikhlas pada usaha sosial yang luhur itu.
Usaha itu tidak dikerjakan secara terpisah, tetapi para penyandang disabilitas dan lansia yang diasuhnya diajak juga bekerja dan hasilnya dibagi untuk keperluan pribadi yang mengerjakan serta disisihkan untuk keperluan santunan rekan-rekan lainnya.
Kunjungan kedua secara jelas memberi gambaran tentang manfaat Pendekatan Posdaya yang sangat berhasil dan ternyata bisa berkembang dengan baik, terpadu dengan program sosial lain di Kota Banjarmasin. Program yang dirintis oleh LK3S Kalimantan Selatan pada tahun 2008 itu, saat ini telah memiliki berbagai kegiatan yang saling dipadukan dan merupakan kesatuan yang saling isi mengisi.
Ada kegiatan untuk lansia, anak dewasa dan anak-anak balita. Dalam Posdaya yang dikunjungi ini para lansia tidak tinggal diam tetapi secara aktif bekerja cerdas dan penuh nilai seni menganyam tikar dengan kombinasi pola dan warna yang menarik. Para lansia juga pandai membuat kain dengan sistem khas Banjarmasin dengan nilai seni tinggi dan model yang berbeda-beda sehingga setiap pembeli pasti tidak akan memiliki kain dengan motif yang sama dibanding milik rekannya.
Kain buatannya biasanya laku dijual dengan harga yang bervariasi sehingga hasilnya merupakan pendapatan dari lansia yang dibina dengan kerja sehingga tidak terkesan dalam pembinaan belas kasihan. Untuk anyaman ini para lansia pernah membuat anyaman tikar terpanjang sehingga keluar dan mendapatkan pengakuan Rekor Muri karena dianggap memenuhi syarat terpanjang sepanjang sejarah.
Untuk kegiatan anak-anak balita meliputi kegiatan pemeriksaan kesehatan, penimbangan dan mengikut sertakan anak balita dalam PAUD. Kegiatan ini sangat marak sehingga anak-anak sudah sangat berani mandiri menghadapi tamu undangan. Dalam pertemuan bersama, para lansia dan anak-anak yang sedang belajar dalam PAUD telah mampu menyanyikan lagu Posdaya Kita sebagai pertanda bahwa mereka sering bertemu dan belajar bersama dalam Posdaya.
Lansia dan anak-anak kompak dan dengan percaya diri melihat Posdaya yang berhasil sebagai kebanggaan bersama. Pak Tantyo kelihatannya merasa puas mengambil tanggung jawab yang terhormat itu. (Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menko Kesra dan Taskin RI).