JAKARTA-(TERBITTOP.COM)-Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Nusantara (UPPPN) Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan (KPKP) DKI, Muara Angke, Jakarta Utara mengupgrade permintaan pangkalan kapal pendaratan ikan dari berbagai kalangan nelayan usaha antar Pulau di Indonesia.
Sedikitnya, 15 hektar kesiapan lahan. Dengan pembangunan sistem berkelanjutan, yang nantinya lambat laun dermaga itu akan mencapai luas 15 hektar.
Menjadi dermaga kolam pelabuhan kapal ikan nelayan, Muara Angke, Jakarta Utara!
Antisipasi itu, menyikapi banyaknya permintaan pangkalan pendaratan kapal nelayan akhir-akhir ini.
Menurut Kepala UPPPN, Dinas KPKP DKI Muara Angke, Mahad, didampingi Kasie Sarana Prasarananya, Hasan Sadudin. UPPPN, Muara Angke, Jakarta Utara, telah menyelesaikan pembangunan dermaga kolam pelabuhan ditahap awal. Yaitu, Dermaga Barat Kali Adem, untuk nelayan kecil!
Pembangunan dermaga kolam pelabuhan itu, dibangun secara bertahap.
“Saat ini Dermaga pertamanya telah siap dibangun, dan segera dioperasikan. Kita awali pembangunan itu, dari Dermaga Barat Kali Adem dulu. Setelah itu, akan menyusul tahap kedua. Berkelanjutan, sampai maksimal mencapai luas 15 hektar lahan yang tersedia!”ujar Mahad.
Hal itu, mengupgrade thing lonjakan permintaan pangkalan yang terus ada. Memang seutuhnya, UPPPN belum dapat mengakomodir secara menyeluruh permintaan pangkalan itu.
Keterbatasan kolam sebagai penyebabnya. Dermaga yang ada saat ini hanya seluas 6 hektar.
Itu telah sesak dipenuhi adanya, ratusan kapal nelayan dengan berbagai bobot ukuran. Dari Grose Ton (GT) 30 kebawah sampai GT ratusan ton!
Namun demikian, kita tidak bisa menolak permintaan kapal nelayan yang mau masuk ke Muara Angke, yang datang dari berbagai daerah lain.
Sebab, ruang itu tidak boleh ditutup. Karena semakin banyak kapal yang datang, dan mangkal di Muara Angke, akan meningkatkan gairah pasar. Yang otomatis pula, meningkatkan ikan di Pasar Jakarta.
Persoalannya, sekarang itu. Dermaga kolam pelabuhan pangkalan pendaratan ikan nelayan. Tersedia hanya seluas 6 hektar. Situasinya, kapal-kapal itu.
Sandar susun sirih antara satu dengan lainnya!”Menindak lanjuti, itulah. Kita bangunkan dermaga Barat Kali Adem. Pengawalan bangunannya, Dermaga Barat Kali Adem.
Telah selesai, dan waktu dekat segera beroperasi! “Rencananya, kapal nelayan berukuran 30 GT kebawah, dipindahkan kesana.
Yang GT-nya 30 keatas, menempati kolam dermaga lama!”ungkap, Mahad.
“Tunggu saja kita sedang menyusun rotasi pangkalan, dari yang sekarang ditempati. Kelokasi kolam baru Dermaga Barat, Kali Adem.
Setelah tertata, itu akan disusul dengan pembangunan dermaga tahap dua. Itu semua bentuk antisifasi lonjakan permintaan pangkalan di Muara Angke.
Setelah semua dermaga terbangun, nantinya permohonan kapal nelayan semua akan terakomodir!” pungkas, Mahad.
Lonjakan permintaan Pangkalan Pelabuhan Pendaratan Ikan, dari Nelayan usaha antar Pulau Indonesia ke Muara Angke, Jakarta Utara.
Meningkat setiap waktunya. Menjadikan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara itu, terkesan semerawut.
Karena dipenuhi oleh kapal-kapal ikan nelayan, berbagai ukuran yang bersandar susun sirih!
Disinggung prihal dugaan pungli pemberian ijin pasilitas pangkalan untuk kapal nelayan besarannya mencapai Rp 25 juta, perekomendasi KPKP.
Mahad menampik tudingan itu. Issu tersebut, ia katakan sebagai bentuk memojokan institusinya!” Tidak benar itu.
Dinas KPKP sifatnya, hanya memberikan rekomendasi. Dengan catatan, pemohon pangkalan memiliki persyaratan lengkap.
Kemudian, dari rekomendasi Dinas KPKP, dievaluasi PTSP DKI. Merekalah, yang mengeluarkan ijinnya. Artinya, kalau dokumen usulan itu lengkap. Buat apa, masih ada uang pelicin.
“Tudingan ini, hanya katanya pengurus. Dan perlu pembuktian!” jelas Mahad.*(ronny).